digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Provinsi Jawa Barat (Jabar) adalah salah satu tujuan bagi investor, migran, serta wisatawan untuk beraktivitas. Hal ini mengakibatkan tingkat interaksi yang tinggi antara Jabar dengan wilayah domestik maupun mancanegara. Interaksi yang tinggi harus didukung dengan sarana transportasi yang memadai. Karena interaksi yang terjadi bersifat domestik dan internasional, maka transportasi udara adalah sarana transportasi yang paling efektif. Soekarno-Hatta, bandara internasional Jabar saat ini, memiliki kelemahan yang cukup signifikan sehingga diperlukan adanya bandara internasional baru, yaitu Bandara Internasioanal Jawa Barat (BIJB), untuk menjawab kebutuhan transportasi wilayah Jabar dimasa yang akan datang. Runway, taxiway, serta apron (RTA) adalah komponen utama sisi udara bandara. Perencanaan RTA meliputi perencanaan geometrik, perkerasan, geoteknik, dan biaya. Perencanaan geometrik mengacu pada peraturan dari ICAO. Perencanaan perkerasan lentur menggunakan metode CBR, sedangkan perencanaan perkerasan kaku menggunakan metode FAA. Perencanaan drainase diawali dengan penentuan curah hujan regional. Setelah debit didapatkan, dilakukan perhitungan dimensi saluran drainase yang dibutuhkan. Perencanaan geoteknis berdasarkan studi literatur terkait pekerjaan kompaksi dan analisis stabilitas lereng. Perhitungan stabilitas menggunakan software Plaxis. Hasil desain geometrik dan perkerasan digambarkan dalam layout desain. Perencanaan cost menghasilkan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Dari perencanaan geometrik, didapatkan konfigurasi single runway pada orientasi arah 140-320.Lebar runway, lebar shoulder di setiap sisi, dan lebar runway strip berturut-turut 45m, 7.50m, dan 300m. Panjang runway yang dibutuhkan 3750m. Taxiway terdiri dari dua paralel taxiway sejajar runway dan dua rapid exit taxiway. Lebar taxiway, lebar shoulder di setiap sisi, danlebar taxiway strip berturut-turut23m, 10.5m, dan 95m. Dari perencanaan perkerasan, didapatkan perkerasan pada runway dan taxiway menggunakan perkerasan lentur dengan ketebalan total 80cm dan 43cm pada bagian shoulder, sedangkan perkerasan pada apron menggunakan perkerasan kaku dengan ketebalan total 58cm. Dari perencanaan drainase, didapatkan penampang saluran drainase berbentuk segi empat dengan jenis material beton. Lebar, tinggi, dan tinggi jagaan saluran berturut-turut 1.20m, 0.78m, dan 0.18m. Dari perencanaan geoteknik, diketahui bahwa elevasi rencana RTA berada di atas elevasi tanah asli sehingga dilakukan penimbunan dengan ketinggian timbunan bervariasi antara 1.80-4.20m. Perencanaan timbunan dilakukan dengan mempertimbangkan daya dukung tanah, penurunan konsolidasi, dan stabilitas lereng terhadap pembebanan statis dan pembebanan gempa. Perhitungan stabilitas lereng menggunakan Plaxis memberikan nilai stabilitas statis dan dinamis yang memenuhi syarat keamanan. Dari perhitungan biaya, didapatkan total biaya untuk konstruksi RTA lebih dari 1.5 trilyun rupiah. Overhead dan contingency diasumsikan dengan besaran masing-masing 10% dan 5%.