Dalam mengolah data gravitasi, diperlukan teknik-teknik yang dapat mempermudah proses
interpretasi. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah vertical derivative. Teknik ini dapat
digunakan untuk meningkatkan persepsi anomali yang berada pada kedalaman dangkal dan
menjelaskan batas-batas anomali tersebut. Turunan pada arah vertikal dapat dihitung melalui
dua cara, pertama dengan memanfaatkan persamaan Laplace apabila hanya dimiliki peta CBA
saja. Namun apabila dimiliki data nilai gravitasi untuk titik yang sama pada ketinggian berbeda,
turunan pada arah vertikal dapat dihitung secara langsung. Untuk mendapatkan data nilai
gravitasi pada ketinggian berbeda tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menghitung
respon gravitasinya secara langsung pada ketinggian yang berbeda atau dengan menggunakan
upward continuation. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan beberapa model sintetik
yang memiliki variasi posisi horizontal, kedalaman, dan kontras densitas. Kemudian dilakukan
analisis dan perbandingan antara turunan vertikal menggunakan data respon langsung dan
menggunakan upward continuation. Hasilnya, kedua cara tersebut meghasilkan peta dengan
pola yang dapat menunjukkan keberadaan dari body. Namun pada turunan kedua yang dihitung
menggunakan respon langsung peta yang dihasilkan kurang baik dibandingkan menggunakan
upward continuation, hal ini diakibatkan oleh adanya galat pembulatan pada perhitungan
menggunakan respon langsung. Selain itu diuji juga pengaruh dari variasi kerapatan data dan
penambahan noise terhadap hasil peta vertical derivative. Pada peta dengan spasi 400 m
didapatkan error sebesar 67% dibandingkan peta dengan spasi 100 m dalam mengidentifikasi
batas body. Sementara itu pada vertical derivative dengan penambahan noise terdistribusi
normal dengan standar deviasi 0.005 mGal didapatkan error sebesar 30% setelah terlebih dahulu
dilakukan filtering atau smoothing menggunakan moving average dengan lebar window 5x5