digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Teknik kendali torka prediktif (PTC) dari penggerak motor listrik didasarkan pada prinsip bahwa vektor tegangan optimum yang ditentukan akan diaplikasikan pada motor pada siklus selanjutnya. Inverter tiga fase dua tingkat hanya dapat mewujudkan delapan vektor tegangan yang berbeda. Salah satu dari delapan vektor tegangan tersebut digunakan sebagai vektor tegangan optimum untuk siklus selanjutnya. Pada simulasi, pengukuran kecepatan ?m (k) dan arus statoris (k) dilakukan pada k instan diskrit, dan pada saat yang sama vektor tegangan optimal vs (k) diterapkan ke mesin dan berfungsi dengan baik. Dalam implementasi nyata suatu kendali digital, prosesor digital membutuhkan waktu untuk mengeksekusi algoritma PTC satu langkah, dengan demikan, dibutuhkan satu siklus sampling tambahan untuk menghasilkan vektor tegangan optimum. Variabel putaran dan arus stator diukur pada waktu k, dan sinyal kendali diberikan ke inverter pada waktu ( k + 1), bukan pada waktu k seperti pada simulasi. Pertimbangan skema kompensasi penundaan waktu ini disebut dengan PTC dua langkah. Vektor tegangan optimum vs (k ? 1) digunakan untuk prediksi pertama, kemudian vektor tegangan vs (k) digunakan untuk memprediksi fluks stator dan torka pada waktu (k + 1). Berbasis fungsi biaya minimum pengendali memilih vektor tegangan optimum vs (k + 1) yang akan diterapkan pada tahap selanjutnya, dengan demikian strategi pengendalian konsisten terhadap waktu. Pada penelitian ini dilakukan implementasi eksperimental algoritma kendali torka prediktif dengan prediksi dua langkah untuk dua motor induksi yang terhubung paralel yang dicatu oleh sebuah inverter tiga fase dengan skema master slave dan nilai rata-rata. Dari hasil eksperimen diperoleh algoritma PTC prediksi dua langkah dengan skema master slave dan nilai rata-rata yang dapat mengendalikan dengan baik dua motor induksi, untuk perubahan kecepatan secara fungsi tangga maupun secara linier melalui eksperimen variabel speed. Dari eksperimen pembebanan, dapat ditarik kesimpulan bahwa skema master slave lebih cocok diaplikasikan pada kondisi perbedaan beban kedua motor kecil dan skema nilai rata-rata lebih sesuai pada keadaan perbedaan beban relatif besar. Hasil eksperimen yang diperoleh menunjukkan bahwa kinerja PTC yang dirancang untuk skema master slave dan nilai rata-rata adalah berfungsi dengan baik. Hal ini terlihat dari torka elektromagnetik yang dibangkitkan motor dapat mengikuti torka referensi dengan kesalahan yang kecil untuk semua kondisi pembebanan. Kinerja pengendalian kecepatan kedua motor bergantung kepada kinerja yang baik dari PTC yang dirancang dan hasil eksperimen torka untuk semua kondisi pembebanan.