digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Logam tanah jarang banyak diaplikasikan di industri berteknologi tinggi dan terbarukan. Cerium merupakan salah satu logam tanah jarang dengan kelimpahan terbesar di kerak bumi. Cerium banyak digunakan sebagai komponen utama mishmetal di bidang metalurgi, agen pemoles di industri kaca dan keramik, katalis, lampu LED, dan serbuk fluorosens. Kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan logam tanah jarang semakin meningkat. Pemanfaatan logam tanah jarang yang semakin luas di berbagai industry juga berdampak pada risiko kontaminasi logam tanah jarang ke lingkungan tanah dan air. Selain sumber logam tanah jarang yang menjadi terbuang, logam tanah jarang juga diketahui bersifat toksik terhadap lingkungan. Hasil studi terbaru menunjukkan logam tanah jarang bersifat toksik terhadap bakteri, tanaman, hewan, serta dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Oleh karena itu, proses pemulihan dan pemisahan logam tanah jarang menjadi penting. Pada penelitian ini, penulis memanfaatkan selulosa dari kapas sebagai material biosorben untuk mengadsorpsi ion logam tanah jarang Ce(III). Selulosa disintesis menjadi nanoselulosa, kemudian dimodifikasi menjadi magnetit-nanoselulosa (MGNS) untuk mengadsorpsi ion Ce(III). Adsorben magnetit-nanoselulosa dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) dan X-Ray Diffraction (XRD). Pada penelitian ini dipelajari kondisi adsorpsi adsorben MGNS terhadap ion Ce(III) yang meliputi pH optimum dan waktu optimum, serta dipelajari studi kinetika dan isoterm adsorpsi. Kondisi optimum adsorpsi MGNS terhadap Ce(III) dicapai pada pH 6 dengan waktu kontak 3 jam. Hasil studi adsorpsi menunjukkan proses adsorpsi ion Ce(III) mengikuti model kinetika orde 2 semu dan model isoterm Langmuir dengan nilai kapasitas adsorpsi maksimum (qm) sebesar 9,76 mg g-1.