digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri ritel mebel merupakan industry yang masih menjanjikan, hal ini ditunjukan melalui data rata-rata peningkatan pertumbuhan industry mebel sebesar 5%. Selain itu, walaupun pertumbuhan PDB industri ritel non-otomotif menunjukan tren menurun karena pandemic COVID 19, namun pada tahun 2021, industri ritel mulai pulih dan tumbuh positif pada kuartal kedua tahun 2021. Tingkat kompetisi industry ritel mebel juga semakin menguat dengan bermunculannya perusahaan ritel mebel local dan internasional yang menawarkan produk sejenis. PT XYZ adalah salah satu perusahaan ritel internasional yang menjual mebel dan perlengkapan rumah. Saat ini, PT XYZ sedang dalam proses ekspansi toko di beberapa daerah, termasuk salah satunya toko cabang Bandung yang baru dibuka pada Maret 2021. Sejak toko pertama kali dibuka, PT XYZ mengalami beberapa masalah, di antaranya jumlah penjualan, jumlah pengunjung, rata-rata pembelanjaan, dan laju konversi yang cenderung menunjukan tren menurun. Maka dari itu, PT XYZ membutuhkan suatu system pengukuran kinerja untuk mempermudah identifikasi area yang harus diperbaiki agar meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dan dapat bersaing dengan competitor. Tugas akhir ini bertujuan untuk membantu PT XYZ dalam merancang system manajemen kinerja baru yang terintegrasi. Data primer diperoleh melalui wawancara dan diskusi langsung dengan manajemen, sedangkan data sekunder diperoleh dari data histori perusahaan dan kajian literatur. Kerangka kerja yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah menggunakan Knowledge-Based Performance Management System yang dikembangkan oleh Wibisono, D (2012). Kerangka kerja KBPMS ini terdiri dari tiga perspektif, yaitu keluaran organisasi, proses internal, dan kapabilitas sumber daya. Terdapat 5 tahapan dalam merancang kerangka kerja KBPMS, yaitu perancangan pondasi, Analisa informasi dasar, perancangan PMS, implementasi, dan penyegaran. Pada tahap pondasi, terdapat 4 prinsip dasar dan 5 peraturan yang harus dipertimbangkan. Kemudian pada tahap informasi dasar, dilakukan Analisa mengenai lingkungan bisnis perusahaan menggunakan metode PESTEL dan Porter’s Five Forcess. Pada tahap perancangan, dimulai dari evaluasi visi berdasarkan vision generator, evaluasi misi berdasarkan kriteria checklist, dan penyusunan strategi menggunakan Analisa VRIO. Selanjutnya melakukan penetapan variable dan indicator kinerja untuk masing-masing aspek Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan manajemen, diperoleh 30 variabel kinerja untuk ketiga aspek. Kemudian dilakukan Analisa keterkaitan antar variable menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui bantuan software Super Decision untuk mengetahui variable yang memiliki bobot-bobot tertinggi. Tahap terakhir dari proses perancangan adalah proses kaji banding eksternal maupun internal. Tahap keempat dari kerangka kerja KBPMS adalah implementasi, dimana pada tahap ini, penulis merancang display untuk menampilkan perkembangan atau pencapaian variable kinerja yang telah ditentukan. Diharapkan dengan adanya system pengukuran kinerja yang baru, manajemen PT XYZ dapat mengintegrasikan pengukuran kinerjanya dengan visi, misi, dan strategi perusahaan, serta mempermudah perusahan dalam menganalisa factor yang perlu diperbaiki agar kinerja perusahaan secara keseluruhan dapat meningkat