Warna dinilai memiliki kemampuan untuk memanipulasi beberapa aspek seperti tinggi,
kedalaman, serta suasana termal ruangan. Sebagai salah satu aspek yang dapat dimanipulasi
oleh warna, termal menjadi elemen penting dalam desain karena akan berpengaruh langsung
pada kenyamanan yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan dan produktivitas.
Hubungan antara warna dan termal dinilai berkaitan dengan persepsi dimana beberapa warna
seringkali melambangkan atau dikaitkan dengan kondisi temperatur tertentu seperti merah
yang identik dengan panas dan biru yang identik dengan dingin. Pengaruh warna terhadap
penilaian termal memiliki potensi sebagai salah satu strategi mencapai kenyamanan termal
yang hemat energi. Penelitian terkait hubungan antara warna dan termal masih menjadi
perdebatan dimana sebagian peneliti menyebut terdapat hubugan namun sebagian lainnya
tidak. Sayangnya, penelitian dalam area ini belum dapat sepenuhnya menjelaskan keterkaitan
antara warna dan termal. Variabel penting seperti makna atau persepsi warna tidak diuji lebih
lanjut. Tidak adanya penelitian tentang makna tersebut mengakibatkan penelitian sebelumnya
hanya menggunakan hipotesis awal, hue-heat hypothesis, yang tidak diuji kembali
kebenarannya. Selain itu, aspek yang lebih jauh dari kenyamanan seperti produktivitas juga
tidak pernah diuji. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini mencoba membahas makna
warna dalam konteks termal untuk selanjutnya dilihat hubungannya dengan sensasi termal dan
kenyamanan serta produktivitas.
Penelitian ini dilakukan dengan dua metode pengumpulan data yaitu kuesioner daring dan
eksperimen pada ruang uji. Kuesioner daring akan disebarkan untuk mengumpulkan data
tentang makna atau persepsi tentang warna. Dalam metode eksperimen, responden diminta
untuk merasakan ruangan yang telah diatur kondisi termal dan warna ruangannya. Kemudian,
mereka akan diminta memberikan penilaian terkait sensasi, kenyamanan termal, dan
kenyamanan visual. Selain itu responden juga akan menjalani serangkaian tes untuk menilai
tingkat produktivitasnya.
Berdasarkan data tersebut, ditemukan bahwa makna termal warna tidak sepenuhnya sama
dengan yang disebutkan pada hue-heat hypothesis dimana warna ungu yang memiliki
kedekatan panjang gelombang dengan warna biru dinilai sebagai warna yang netral cenderung
hangat. Selain itu, penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara warna
ruangan dengan sensasi dan kenyamanan termal. Temuan yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya tersebut diduga berkaitan dengan nilai iluminasi yang rendah sehingga identifikasi
warna yang terjadi lebih buruk dibandingkan penelitian sebelumnya. Hubungan yang tidak
signifikan juga ditemukan antara warna ruangan dengan produktivitas. Meskipun demikian,
terlihat kecenderungan dimana warna yang dinilai tidak nyaman secara visual justru memiliki
nilai reaksi yang lebih baik. Temuan tersebut berkaitan dengan gairah (araousal) dimana pada
kegiatan yang sederhana, gairah yang tinggi akan berdampak positif terhadap produktivitas.
Peneliti menyarankan untuk diadakannya penelitian yang lebih lanjut dengan responden yang
lebih banyak serta pengondisian iluminasi yang lebih baik agar hubungan antara warna ruangan
dengan sensasi termal dapat dipelajari dengan lebih baik. Peneliti merekomendasikan iluminasi
minimal 350-400 lux sebagaimana nilai iluminasi standar yang diatur oleh SNI. Penelitian
lanjuatan dirasa perlu untuk membuka potensi pemanfaatan warna dalam mencapai
kenyamanan termal yang rendah energi.