digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Vebryan Rhamadana
PUBLIC Sandy Nugraha

Warna dinilai memiliki kemampuan untuk memanipulasi beberapa aspek seperti tinggi, kedalaman, serta suasana termal ruangan. Sebagai salah satu aspek yang dapat dimanipulasi oleh warna, termal menjadi elemen penting dalam desain karena akan berpengaruh langsung pada kenyamanan yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan dan produktivitas. Hubungan antara warna dan termal dinilai berkaitan dengan persepsi dimana beberapa warna seringkali melambangkan atau dikaitkan dengan kondisi temperatur tertentu seperti merah yang identik dengan panas dan biru yang identik dengan dingin. Pengaruh warna terhadap penilaian termal memiliki potensi sebagai salah satu strategi mencapai kenyamanan termal yang hemat energi. Penelitian terkait hubungan antara warna dan termal masih menjadi perdebatan dimana sebagian peneliti menyebut terdapat hubugan namun sebagian lainnya tidak. Sayangnya, penelitian dalam area ini belum dapat sepenuhnya menjelaskan keterkaitan antara warna dan termal. Variabel penting seperti makna atau persepsi warna tidak diuji lebih lanjut. Tidak adanya penelitian tentang makna tersebut mengakibatkan penelitian sebelumnya hanya menggunakan hipotesis awal, hue-heat hypothesis, yang tidak diuji kembali kebenarannya. Selain itu, aspek yang lebih jauh dari kenyamanan seperti produktivitas juga tidak pernah diuji. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini mencoba membahas makna warna dalam konteks termal untuk selanjutnya dilihat hubungannya dengan sensasi termal dan kenyamanan serta produktivitas. Penelitian ini dilakukan dengan dua metode pengumpulan data yaitu kuesioner daring dan eksperimen pada ruang uji. Kuesioner daring akan disebarkan untuk mengumpulkan data tentang makna atau persepsi tentang warna. Dalam metode eksperimen, responden diminta untuk merasakan ruangan yang telah diatur kondisi termal dan warna ruangannya. Kemudian, mereka akan diminta memberikan penilaian terkait sensasi, kenyamanan termal, dan kenyamanan visual. Selain itu responden juga akan menjalani serangkaian tes untuk menilai tingkat produktivitasnya. Berdasarkan data tersebut, ditemukan bahwa makna termal warna tidak sepenuhnya sama dengan yang disebutkan pada hue-heat hypothesis dimana warna ungu yang memiliki kedekatan panjang gelombang dengan warna biru dinilai sebagai warna yang netral cenderung hangat. Selain itu, penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara warna ruangan dengan sensasi dan kenyamanan termal. Temuan yang berbeda dengan penelitian sebelumnya tersebut diduga berkaitan dengan nilai iluminasi yang rendah sehingga identifikasi warna yang terjadi lebih buruk dibandingkan penelitian sebelumnya. Hubungan yang tidak signifikan juga ditemukan antara warna ruangan dengan produktivitas. Meskipun demikian, terlihat kecenderungan dimana warna yang dinilai tidak nyaman secara visual justru memiliki nilai reaksi yang lebih baik. Temuan tersebut berkaitan dengan gairah (araousal) dimana pada kegiatan yang sederhana, gairah yang tinggi akan berdampak positif terhadap produktivitas. Peneliti menyarankan untuk diadakannya penelitian yang lebih lanjut dengan responden yang lebih banyak serta pengondisian iluminasi yang lebih baik agar hubungan antara warna ruangan dengan sensasi termal dapat dipelajari dengan lebih baik. Peneliti merekomendasikan iluminasi minimal 350-400 lux sebagaimana nilai iluminasi standar yang diatur oleh SNI. Penelitian lanjuatan dirasa perlu untuk membuka potensi pemanfaatan warna dalam mencapai kenyamanan termal yang rendah energi.