digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Kanami Carissa Putri
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), merupakan gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi kemampuan berkomunikasi, berinteraksi sosial, serta berperilaku adaptif. Anak dengan spektrum autisme sering mengalami tantangan signifikan, seperti sensitivitas tinggi terhadap rangsangan sensorik hingga kesulitan dalam mengatur emosi dan berinteraksi sosial. Pendekatan terhadap autisme, khususnya dalam gerakan neurodiversitas, memandang autisme bukan sebagai gangguan yang perlu "disembuhkan," melainkan sebagai suatu kondisi yang membutuhkan dukungan untuk membantu anak dalam mencapai potensi terbaiknya. Dalam mendukung perkembangan anak dengan spektrum autisme, pada umumnya orang tua membawa anak tersebut ke sekolah luar biasa sebagai sarana edukasi yang lebih formal. Akan tetapi, pendidikan formal saja sering kali belum cukup untuk memenuhi kebutuhan perkembangan holistik anak dengan spektrum autisme. Anak-anak dengan kondisi autisme membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif, yang melibatkan terapi multidisiplin guna memaksimalkan perkembangan mereka di berbagai aspek, seperti komunikasi, perilaku, keterampilan sosial, dan kemandirian sehari-hari. Selain itu, kondisi lingkungan tempat tinggal anak juga menjadi aspek yang penting. Hal ini disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal anak berperan dalam membantu anak autisme menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya seiring bertambahnya usia dalam jangka waktu yang panjang. Ketersediaan tempat tinggal seperti rumah juga menjadi semakin penting mengingat tantangan yang dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak-anak dengan spektrum autisme. Banyak keluarga merasa kesulitan dalam menyediakan lingkungan rumah yang inklusif atau ramah bagi anak-anak autisme. Di Indonesia, angka prevalensi anak autisme tercatat mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini tidak sebanding dengan angka ketersediaan fasilitas layanan dukungan inklusif, seperti rumah atau tempat rehabilitasi anak autisme. Di Kota Bekasi, tepatnya di Kecamatan Bekasi Timur, tercatat bahwa jumlah anak yang terdaftar di sekolah luar biasa adalah sebanyak 393 peserta. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di antara kecamatan-kecamatan lain di Kota Bekasi. Namun, di Kota Bekasi hanya terdapat dua sekolah luar biasa, yaitu SLB Negeri Bekasi Jaya dan SLB ABC Citra Mandala. Dengan demikian, proyek ini hadir untuk menjawab isu tingginya jumlah anak autisme yang terus meningkat di Kecamatan Bekasi Timur, ditambah dengan ketiadaan rumah khusus anak autisme serta minimnya pusat layanan anak autisme yang tersedia. Proyek ini menggunakan pendekatan lahan campuran yang mengintegrasikan rumah susun dengan pusat rehabilitasi secara inklusif untuk anak autisme. Kedua sarana residensial dan kesehatan tersebut menjadi fungsi utama dari perancangan massa bangunan. Pendekatan mixed-use development ini menjadi satu-satunya proyek yang mengimplementasikan konsep penggabungan hunian dengan fasilitas rehabilitasi khusus anak autisme di Kota Bekasi. Untuk merespons lokasi tapak yang berada di dekat permukiman dengan kepadatan tinggi, serta potensi tapak yang berada di sekitar lahan perkebunan, proyek ini juga merancang pembangunan Sensory Garden Spaces dan program urban farming yang terintegrasi dengan hunian sebagai fungsi sekundernya. Fungsi primer maupun sekunder bangunan ini didasari oleh pendekatan konseptual dalam ranah arsitektur, yaitu dengan mengimplementasikan konsep neuro-arsitektur ke dalam rancangan bangunan. Adapun pendekatan mixed-use building ini mendukung prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) terutama pada SDG 3, yaitu good health and well-being dan SDG 11, yaitu Sustainable Cities and Communities.