digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Andrew Ng
PUBLIC Alice Diniarti

VE (value engineering) adalah metode sistematis yang dilakukan oleh tim multidisiplin dalam mengevaluasi desain dalam proyek konstruksi untuk menghasilkan efisiensi life cycle cost (LCC), dengan tetap konsisten terhadap pencapaian kualitas yang diperlukan. Di Indonesia, VE telah diterapkan oleh berbagai kontraktor dan konsultan, namun masih terdapat kesenjangan penerapannya terhadap best practice, antara lain: (1) misinterpretasi dari konsep dan manfaat VE oleh berbagai stakeholder di industri konstruksi, yang mana diterapkan sebagai alat cost cutting dengan mengorbankan kualitas yang diperlukan serta belum berfokus pada efisiensi LCC; dan (2) belum menerapkan VE sesuai dengan metodologinya. Beberapa kontraktor BUMN telah menerapkan VE untuk berbagai jenis proyek konstruksinya, termasuk pada proyek EPCC. Delivery method EPCC memberikan value chain yang terintegrasi dengan baik, yakni tahap perencanaan, perancangan, pengadaan, konstruksi, dan pengujian yang secara keseluruhan menjadi lingkup kontraktor. Di satu sisi, hal ini sangat mendukung studi VE yang dilakukan kontraktor, karena dapat mempertimbangkan constructability pada tahap awal perancangan. Di sisi lain, dengan jenis kontrak lump sum, proyek EPCC memberikan risiko yang signifikan kepada kontraktor. VE menjadi salah satu upaya kontraktor dalam mengelola risiko tersebut sehingga menghasilkan output proyek yang baik. Atas kendala dan manfaat dalam penerapan VE tersebut, pengevaluasian terhadap penerapan VE oleh kontraktor PT.X, yang menjadi objek studi kasus, terhadap objektif proyek menjadi penting. PT.X dipilih karena merupakan perusahaan kontraktor BUMN berkualifikasi besar yang telah menjadi leader penyedia jasa EPCC terhadap sesama kontraktor BUMN lainnya, dalam aspek lama pengalamannya, pangsa pasar yang dikuasai, dan variasi portofolio proyek EPCC yang telah dikerjakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengevaluasi penerapan VE oleh kontraktor PT.X pada proyek EPCC terhadap standar VE Internasional; (2) mengusulkan rekomendasi untuk peningkatannya berdasarkan temuan dalam proses evaluasi. Penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yakni (1) pengembangan model pengukuran implementasi VE oleh kontraktor; dan (2) penerapan model dengan studi kasus terhadap proyek EPCC kontraktor PT.X. Model pengukuran terdiri dari aspek, faktor, dan indikator penerapan VE yang disusun dengan kajian literatur terhadap standar dan faktor kritis VE. Model awal kemudian divalidasi dengan wawancara kepada 5 pakar VE. Kemudian, metode kuantitatif yang digunakan untuk model pengukuran adalah: (1) hibridisasi DEMATEL-ANP untuk membuktikan hubungan interdependency antar aspek dan penentuan bobot penilaian aspek; (2) AHP untuk penentuan bobot penilaian faktor; (3) Penentuan bobot indikator dengan kuesioner tentang tingkat kepentingannya dalam skala Likert. Pada metode kuantitatif ini, 5 pakar VE dilibatkan dalam kuesioner perbandingan berpasangan untuk metode (1) dan (2), serta kuesioner (3). Kemudian, 43 tim proyek dalam studi kasus dilibatkan dalam kuesioner (3). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk data dari kuesioner (3). Studi kasus dilakukan pada proyek EPCC PT.X, yang terdiri dari 4 proyek sektor oil & gas, 2 proyek sektor industrial plant, dan 6 proyek sektor pembangkit listrik. Penilaian dilakukan oleh team leader studi VE di proyek, yakni site engineering manager dan project manager. Penilaian dilakukan pada tingkat indikator yang kemudian perhitungan nilai dilakukan secara hierarchical additive weighting method. Hasil penilaian menunjukkan bahwa penerapan VE pada proyek sektor oil & gas dalam studi kasus telah efektif. Penerapan pada beberapa proyek industrial plant dan pembangkit belum memberikan output yang baik. Analisis hubungan interdependency menunjukkan bahwa aspek pembentukan tim studi VE dan partisipasi owner yang dinilai kurang, sangat mempengaruhi proses dan output studi. Pada aspek pembentukan tim studi, penerapannya masih belum melibatkan pakar VE sebagai fasilitator serta pemahaman tim proyek terhadap metodologi VE masih belum memadai. Hal ini disebabkan karena kurang memadainya sosialisasi mengenai prosedur VE PT.X dan pelatihan kepada tim berbagai proyek. Pada aspek partisipasi owner, kapabilitas owner dalam menyediakan FEED yang matang dan pemahaman mengenai VE belum memadai. Rekomendasi bagi kontraktor PT.X yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) diperlukan peningkatan sosialisasi dan pelatihan mengenai metodologi VE kepada tim di berbagai proyek; (2) diperlukan komunikasi yang baik mengenai VE sejak awal proyek serta penting untuk mengatur klausul kontraktual terkait proses VE agar hasil studi dapat diimplementasikan dan manfaatnya dapat direalisasikan oleh kedua belah pihak; (3) studi VE dilakukan oleh kontraktor secara sistematis berdasarkan metodologinya serta diterapkan seawal mungkin pada fase engineering. Rekomendasi kepada owner adalah: (1) diperlukan pemahaman bagi owner bahwa VE akan memberikan manfaat yang win-win antara kontrakor dan owner; (2) agar manfaat tersebut dapat terrealisasi, penting bagi owner untuk mendukung proses VE kontraktor dengan menyediakan klausul kontraktual mengenai VE yang equitable, menyediakan FEED dan owner requirement yang matang, mengevaluasi dengan objektif, dan memberikan komitmen pengimplementasian VE. Rekomendasi kepada asosiasi HAVEI adalah: (1) diperlukan peningkatan sosialisasi VE kepada berbagai stakeholder sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman dan minat untuk penerapannya; (2) diperlukan peningkatan pelatihan dan sertifikasi VE mengingat jumlah SDM ahli VE di Indonesia yang terbatas.