Indonesia merupakan negara yang memiliki risiko tinggi terhadap gempa dan
tsunami karena dikelilingi oleh lempeng tektonik dan banyak patahan aktif. Hal
tersebut menjadi tantangan besar terhadap bidang pembangunan infrastruktur,
termasuk pembangungan jembatan. Jembatan Palu IV yang terletak di Kota Palu,
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu contoh jembatan yang runtuh
akibat bencana gempabumi dan tsunami yang terjadi pada tahun 2018. Gempabumi
tersebut bersumber dari Sesar Palu-Koro yang memiliki mekanisme strike-slip,
dimana pada umumnya tidak dapat memicu terjadinya tsunami. Jembatan Palu IV
ini kemudian dibangun kembali mulai tahun 2022 dengan struktur beton integral
dan panjang total 249,4 m yang terdiri dari bentang utama dengan panjang 116 m
dan 2 bentang samping dengan panjang masing-masing 66,7 m. Sehingga
berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini akan dilakukan pemodelan gempabumi
dan gelombang tsunami dengan sumber gempa yang memiliki mekasisme reversefault
agar dapat memicu terjadinya tsunami beserta analisis analisis kinerja terhadap
desain Jembatan Palu IV.
Sumber gempabumi yang akan menjadi tinjauan pada penelitian ini adalah
makassar strait fault segmen north dan central yang memiliki mekanisme reversefault
agar dapat memicu terjadinya tsunami. Perhitungan beban gempa berupa
respon spektra di batuan dasar dilakukan menggunakan metode deterministic
seismic hazard analysis (DSHA) dengan ground motion prediction equation
(GMPE) mengacu kepada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017.
Perambatan gelombang gempa ke permukaan dilakukan dengan 2 metode yaitu
menggunakan faktor amplifikasi SNI 2833:2016 dan software Deepsoil V.7 untuk
mendapatkan respon spektra di permukaan tanah. Pemodelan gelombang tsunami
dilakukan menggunakan software Delft Dashboard dan Delft3D dengan skenario 2
tipe ukuran grid yaitu 100x100 meter dan 25x25 meter untuk mendapatkan
propagasi gelombang yang lebih detail pada titik tinjauan. Hasil yang akan
didapatkan adalah berupa ketinggian maksimum, waktu kedatangan dan kecepatan
maksimum tsunami yang kemudian akan digunakan untuk mnghitung beban tsunami berdasarkan FEMA P-646 dan ASCE 7-16. Pemodelan struktur jembatan
dilakukan menggunakan software MIDAS CIVIL dan untuk analisis struktur
digunakan dua metode yaitu analisis linear dan non-linear time history. Pada
analisis linear dilakukan pengecekan gaya dalam, interaksi aksial lentur, gaya geser
dan mengidentifikan sumber beban dominan terhadap struktur jembatan.
Sedangkan pada analisis non-linear time history dilakukan evaluasi level kinerja
struktur berdasarkan regangan material beton dan tulangan baja (NCHRP 949), drift
ratio (NCHRP 440) dan sudut rotasi (ASCE 41-17).
Hasil dari pemodelan gempa diperoleh respon spektra di permukaan tanah dengan
PGA 0,236 g dan 0,079 g. Kemudian pemodelan tsunami menghasilkan data
ketinggian maksimum tsunami sebesar 12,67 m dengan waktu kedatangan sekitar
21,6 menit dan kecepatan maksimum tsunami 13,86 m/s. Hasil analisis linear
menggambarkan bahwa gempabumi dengan sumber makassar strait fault bukan
merupakan gempa dominan yang dapat terjadi karena PGA yang dihasilkan lebih
kecil dibandingkan PGA gempa yang terdapat di dalam Peta Sumber dan Bahaya
Gempa Indonesia Tahun 2017 untuk wilayah Kota Palu. Namun beban tsunami
menghasilkan gaya aksial, momen-y, P-My-Mz dan geser-z yang lebih besar
dibandingkan gempa dominan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila struktur
berada pada wilayah dengan risiko gempa dan tsunami yang tinggi, maka
direkomendasikan untuk memperhitungkan kedua ancaman bencana tersebut di
dalam perencanaan struktur agar tidak menghasilkan desain yang ‘underestimate’.
Sementara itu analisis non-linear time history menghasilkan level kinerja struktur
jembatan berdasarkan regangan beton, regangan tulangan baja dan drift ratio yang
berada pada level fully operational, dimana hal tersebut telah memenuhi target level
kinerja berdasarkan NCHRP 949 untuk jembatan kritis dengan periode ulang
gempa 1000 tahun. Sedangkan berdasarkan sudut rasio, diperoleh hasil struktur
jembatan berada pada level Immediate Occupancy (IO) untuk arah transversal dan
Elastic-IO untuk arah longitudinal, hal tersebut juga telah memenuhi target level
kinerja berdasarkan ASCE 41-17 untuk wilayah dengan kategori risiko tsunami III.