digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Adela Amandari
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Dalam merespon permasalahan sampah yang semakin hari akan terus meningkat, diperlukan adanya suatu perubahan sistem dalam manajemen sampah. Ketika ruang yang dibutuhkan untuk mengakomodasi pengelolaan sampah sudah habis, maka hanya akan dilakukan ekspansi dan perpanjangan masa guna TPA tanpa memikirkan dampaknya bagi lingkungan dan kondisi sosial setempat. Hal ini menyebabkan terus dilakukannya penumpukan sampah pada TPA – TPA di daerah yang akan berujung pada kondisi dan over capacity, salah satunya adalah TPA Sarimukti. Penyelesaian persoalan sampah di TPA Sarimukti ini dapat diatasi dengan perancangan Fasilitas Pengelolaan Sampah Terpadu yang dapat mereduksi sampah yang menumpuk dengan mengubahnya menjadi energi listrik dan produk daur ulang lainnya. Disisi lain, fasilitas ini mampu memberdayakan masyarakat setempat untuk lebih bisa mengolah sampah menjadi sumber daya yang dapat memiliki nilai jual. Dalam hal ini, fasilitas dapat menjadi titik balik terhadap paradigma masyarakat akan pandangannya terhadap sampah dan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Fasilitas Pengelolaan Sampah Terpadu ini berada di sebelah timur TPA Sarimukti Kabupaten Bandung Barat. Dengan luas 83.000 m2, Fasilitas Pengelolaan Sampah Terpadu di TPA Sarimukti ini memiliki 3 (tiga) fungsi utama, yaitu Fungsi Industri, Fungsi Ekonomi, dan Fungsi Edukasi & Rekreasi.. Dalam fungsi industri, fasilitas ini menyediakan tempat pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi energi listrik melalui proses insinerasi, menghasilkan produk – produk dari proses daur ulang, dan memproduksi kompos melalui proses composting. Dalam fungsi ekonomi, fasilitas menyediakan Waste Market sebagai sarana penukaran sampah yang berasal dari sampah rumah tangga menjadi uang seperti yang sudah diinisiasi oleh Pemerintah Kota Bandung (Program Bank Sampah) dan menyediakan barang – barang bekas yang masih layak guna untuk dapat dibeli dengan harga murah dan dapat dimanfaatkan kembali. Dalam fungsi Edukasi & Rekreasi, fasilitas dapat memberikan pengetahuan akan pengolahan sampah kepada masyarakat ataupun anak sekolah melalui Wastecorium dan Workshop Daur Ulang. Melalui ketiga fungsi tersebut, kegiatan yang akan terjadi pada fasilitas berdasarkan proses pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, dan pengolahan. Fasilitas ini akan mewadahi kegiatan pengelolaan sampah dan membuka lapangan pekerjaan baru yang lebih layak bagi masyarakat sekitar TPA. Selain itu, fasilitas ini juga mampu mengakomodasi komunitas – komunitas peduli sampah dalam mengembangkan program – programnya. Dalam perancangan fasilitas pengelolaan sampah terpadu ini digunakan pendekatan perncangan arsitektur ekologis. Pendekatan perancangan arsitektur ekologis ini menggunakan 6 (enam) prinsip yang telah dipilih dari berbagai teori Arsitektur Ekologis. Prinsip – prinsip ini diantaranya adalah pemanfaatan potensi iklim, penggunaan energi alternatif, penyediaan ruang terbuka hijau, penerapan prinsip 3R, drainase berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat. Metode Perancangan yang diterapkan dalam merancangan fasilitas ini adalah pemecahan masalah dengan menganalisis pola kegiatan objek yaitu alur pemrosesan sampah dan pola kegiatan pengguna dengan memperhatikan hasil analisis tapak. Dalam merumuskan program ruang, proses perancangan didasari oleh Kriteria Dasar Perencanaan pada Konstruksi Fasilitas Pengelolaan Sampah Terpadu yang diatur oleh Kementerian PUPR, analisa pelaku kegiatan, analisa sirkulasi, dan analisa kelompok ruang. Sedangkan, untuk konsep perancangan didasari oleh kriteria perancangan berdasarkan persoalan desain. Persoalan Desain yang diangkat dalam perancangan Fasilitas Pengelolaan Sampah Terpadu ini yaitu Integrasi Fungsi Bangunan yang terdiri dari zonasi dan sirkulasi, lalu Environmental Impact yang terdiri dari dampak pencemaran bau, dampak pencemaran udara, dan dampak pencemaran kebisingan. Persoalan selanjutnya adalah persoalan Low Cost Building, dimana fasilitas akan memperhatikan penggunaan energi alternatif dan penerapan prinsip 3R. Persoalan yang terakhir adalah persoalan citra yaitu impresi dan estetika bangunan serta ambience, dalam persoalan ini digunakan pendekatan melalui teori placemaking. Fasiltas Pengelolaan Sampah Terpadu ini memiliki total luas lantai 21.000 m2 yang terdiri dari 5 unit massa bangunan yaitu unit ecoshop, workshop dan seminar, unit recycling dan produksi, unit insinerasi, unit BSF dan composting, serta unit pemilahan (waste sorting). Kelima massa bangunan disusun dalam tapak berdasarkan hierarki zona bersih, zona transisi, dan zona kotor. Hal ini didasari oleh adanya karakterisik lahan yang berpengaruh pada sirkulasi sampah yaitu kontur yang curam ke arah selatan. Dalam proses perancangan, dilakukan pemisahan untuk sirkulasi kendaraan berat (truk pembawa sampah) dan kendaraan biasa. Selain itu, sirkulasi internal bagi user di dalam tapak menggunakan elevated walkway wood deck. Massa utama bangunan yaitu unit insinerasi mengadaptasi bentuk dari Iket Sunda untuk mengangkat nilai kebudayaan Jawa Barat. Bentuk ini dibentuk dari panel – panel fasad yang disusun menyelimuti bangunan dengan bahan alumunium composite panel. Bangunan ini menggunakan struktur bentang lebar untuk mengakomodasi kegiatan industri di dalamnya yang perlu mewadahi berbagai macam mesin. Struktur yang digunakan dalam bentang lebar ini yaitu sistem struktur space beam. Lingkungan fasilitas pengelolaan sampah ini dilengkapi dengan Water Purification Tree untuk menangkap air hujan yang akan dikumpulkan di dalam ground water tank karena curah hujan di dalam tapak cenderung tinggi. Air yang berada di dalam tapak dikelola dengan sistem rainwater harvesting untuk memfasilitasi kebutuhan air di setiap unit bangunan. Tujuan akhir dari perancangan Fasilitas Pengelolaan Sampah terpadu di TPA Sarimukti ini adalah fasilitas setidaknya dapat menurunkan ketinggian gunung sampah di TPA Sarimukti dan mengurangi dampak pencemaran yang ditimbulkan dari penumpukan sampah. Selain itu, fasilitas juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat dan menyediakan sarana jual beli sampah yang layak. Untuk jangka waktu yang panjang, fasilitas diharapkan dapat menjadi pilot project pengelolaan sampah dalam lingkup regional yaitu Kawasan Bandung Raya dan dapat menjadi sarana edukasi mengenai sampah kepada masyarakat luas.