Internet kini sudah menjadi kebutuhan semua orang, tidak hanya masyarakat Indonesia. Pengguna
internet seluler di Indonesia tercatat sebesar 171 juta atau 98% dari total pengguna internet.
Perkembangan teknologi telah mengubah cara interaksi dalam komunikasi pemasaran dari tatap muka
(konvensional) menjadi pemasaran melalui internet. Alasan jejaring sosial digunakan sebagai media
dalam menjalankan bisnis adalah karena biaya yang dikeluarkan lebih murah, jangkauan pasar tidak
terbatas jarak dan waktu, dapat menjalin hubungan baik dengan pelanggan, pelanggan aktif dan
pelanggan dapat memberikan umpan balik, dan segala bentuk informasi dapat tersebar luas dengan
cepat. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik tahun 2020 dari 17 sub sektor yang ada, 3 di antaranya
merupakan penyumbang terbesar terhadap PDB Indonesia. Yakni, produk fashion, kuliner, dan
kerajinan. Produk kuliner memiliki nilai kontribusi PDB sebesar 41%, fashion berkontribusi 17% dan
kerajinan 14,9% (Kompas, 2020). Industri kuliner memenuhi salah satu kebutuhan pokok manusia
yaitu pangan. Untuk mendirikan sebuah usaha kuliner tentunya membutuhkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan di bidang kuliner. Pengetahuan, kemampuan dan keterampilan di
bidang kuliner dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Namun
pendidikan kuliner masih memiliki beberapa keterbatasan, sehingga masyarakat mencari alternatif
lain untuk dapat mendalami bidang kuliner. Keterbatasan yang muncul seperti usia, waktu belajar, dan
materi pembelajaran. Perkembangan teknologi juga di aami di dunia pendidikan, salah satunya adalah
model bimbingan belajar online. Saat ini kursus online cukup menarik bagi banyak orang. Bisnis yang
bergerak di bidang kuliner termasuk dalam bisnis yang menjanjikan setiap saat. Oleh karena itu
banyak orang yang berbondong-bondong terjun ke bisnis kuliner, hal ini terlihat dari menjamurnya
bisnis makanan baik secara konvensional maupun online. Saat ini kursus online di bidang memasak
khususnya roti, kue dan pastry telah tersedia secara offline dan online. Ada banyak pilihan bagi orang
yang ingin mengambil kursus memasak secara online. Breadpreneur merupakan salah satu kursus
online yang bergerak sejak tahun 2017. Pesatnya perkembangan dunia kuliner di tanah air juga
meningkatkan minat masyarakat untuk membuat roti dan pastry. Breadpreneur hadir untuk
memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat yang ingin berani bergerak di bidang
kuliner khususnya roti dan pastry. Tantangan terbesar yang dihadapi industri kursus baking online
adalah munculnya pesaing yang bergerak di bidang yang sama.
Masalah utama Breadpreneur adalah bagaimana meningkatkan minat masyarakat terhadap
Breadpreneur melalui media sosialnya guna meningkatkan jumlah pelanggan dan kinerja bisnis
Breadpreneur. Kursus online saat ini difokuskan pada pemasaran melalui media sosial karena media
sosial seperti Facebook dan Instagram menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan
perjalanan pengalaman mereka menuju keterlibatan produk atau merek. Karena media sosial dapat
memvisualisasikan jenis produk apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan, dan sekaligus dapat
memfasilitasi melalui penawaran produk, yang dapat dipakai dan dirasakan pelanggan. Untuk
meningkatkan jumlah pelanggan Breadpreneur, Breadpreneur tidak bisa selalu mengandalkan
pelanggan yang sudah ada. Sebaliknya juga harus menarik calon pelanggan yang dapat diprospek
sehingga akan meningkatkan penjualan. Kerangka konseptual untuk makalah ini adalah untuk
memecahkan masalah bisnis Breadpreneur melalui beberapa konsep yang dibuat. Tahap awal
penelitian ini diawali dengan interpretasi masalah bisnis. Analisis eksplorasi masalah bisnis akan
mengumpulkan data dari sumber internal dan eksternal. Analisis internal terdiri dari Analisis STP dan
Analisis Bauran Pemasaran 5P yang mengacu pada serangkaian tindakan atau taktik yang digunakan
perusahaan untuk mempromosikan produk atau merek mereka di pasar. Analisis eksternal terdiri dari
analisis Pesaing. Selanjutnya, penulis akan menggunakan proses pengambilan keputusan konsumen
melalui media sosial dan Model AISAS untuk mengkaji isu tertentu yang telah dibahas pada tujuan
penelitian.
Hasil survei juga menyebutkan bahwa Breadpreneurs telah menerapkan digital marketing melalui
konsep AISAS. Dalam konteks AISAS, titik kontak adalah titik kritis untuk mendorong pencarian,
tindakan, dan berbagi. Aplikasi pemasaran digital yang diterapkan oleh Breadpreneur adalah
kampanye melalui media sosial. Berdasarkan brainstorming tersebut maka diperoleh 7 contact point
yang masuk ke berbagai fase AISAS. Diantaranya adalah social media awareness (attention-interestsearch phase), blog Breadpreneur (search phase), menyelenggarakan acara dan kolaborasi (attentioninterest-search phase), promosi musiman (action phase), giveaway (action-share phase), dan word-ofmouth melalui media sosial (action phase). Contact point ini digunakan dalam kampanye bertajuk
#BeEntrepreneur yang bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa setiap orang
bisa menjadi pengusaha di bidang kuliner khususnya di bidang roti dan pastry.
Perpustakaan Digital ITB