digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Rahmat Ranudigdo
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Rahmat Ranudigdo
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Rahmat Ranudigdo
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Rahmat Ranudigdo
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Rahmat Ranudigdo
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Terdapat potensi penurunan keuntungan PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) setelah perusahaan melaksanakan penugasan pemerintah untuk mengimplementasikan Keputusan Menteri No.89 dan No.91. Salah satu akar masalah memerlukan pengambilan keputusan strategis berupa pemilihan proyek pengurangan biaya untuk menggantikan biaya Kompresor yang selama ini membebani PGN pada penjualan gas di PLN Muara Karang. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diterapkan Multi-Criteria Decision Making (MCDM) dalam pemilihan proyek pengurangan biaya sehingga proses bisnis menjadi lebih efisien di masa yang akan datang. Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) dipilih dalam memprioritaskan proyek dengan melihat keunggulan AHP dibandingkan dengan metode MCDM lainnya. AHP dilakukan dengan menerapkan perbandingan berpasangan untuk memberikan bobot pada 10 subkriteria terpilih. Pada proses perbandingan membutuhkan Input dari 14 responden dari divisi terkait yang juga merupakan Decision making Unit (DMU) pada proses prioritasi proyek. Proses selanjutnya dilanjutkan dengan kuantifikasi parameter alternatif dengan 3 cara yakni perbandigan berpasangan, normalisasi langusng dari data kuantitatif, dan pengelompokan yang dilanjutkan dengan normalisasi. Langkah terakhir adalah menghitung indeks prioritas dengan mengalikan masing-masing bobot subkriteria dengan rating masing-masing subkriteria untuk setiap alternatif. Dengan mempertimbangkan hasil perhitungan pada keenam alternatif tersebut, maka direkomendasikan agar PGN melakukan proses negosiasi untuk melakukan LNG Swap (alternatif #6) yang apabila gagal diteruskan dengan negosiasi pengalihan biaya compressor dari PGN ke PLN (Alternatif #5). Kedua alternative ini merupakan proses negosiasi yang memberikan manfaat terbesar dan tidak membutuhkan Capex. Dua alternatif dengan indeks prioritas tertinggi yaitu Negosiasi Melakukan Swap LNG dan Negosiasi pengalihan biaya compressor dari PGN ke PLN merupakan negosiasi sehingga ada kemungkinan berhasil dan gagal. Tentu saja, hasil akhir dari suatu proses negosiasi harus memiliki batas waktu tertentu. jika dalam batas waktu tersebut hasil negosiasi berhasil, maka tidak perlu ada proyek yang membutuhkan capex, tetapi jika negosiasi gagal, maka proyek tersebut harus dipilih dari salah satu dari empat alternatif yang tersisa. Alternatif berikutnya yang memiliki indeks prioritas tertinggi ketiga yaitu memperpanjang pipa 3 km (alternatif #1). Alternatif #1 juga harus dimulai secara paralel sehingga jika negosiasi gagal, PGN tetap mendapatkan tambahan keuntungan dari biaya proses yang lebih rendah.