Perkembangan kota-kota di Bali saat ini belum merata, salah satunya adalah Kota
Singaraja. Kota Singaraja memiliki bukti penting sejarah perkembangan Pulau Bali
karena pernah menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda di kepulauan Sunda
Kecil tahun 1846, salah satunya DTW Eks. Pelabuhan Buleleng. Pelabuhan ini
adalah salah satu pelabuhan peninggalan kolonial Belanda dan pernah menjadi satusatunya pintu masuk ke Pulau Bali. Pelabuhan ini kehilangan salah satu bangunan
bersejarah yaitu pergudangan karena pengembangan yang dilakukan. Tiga
komunitas lokal yang beraktivitas dalam kawasan ini yaitu komunitas Bugis, Bali,
dan Tionghoa dapat menjadi keunikan dan daya tarik kawasan. Perencanaan
pengembangan kawasan dilakukan dalam empat tahap. Pertama, dilakukan studi
komparatif terhadap teori sense of place, heritage, pariwisata, dan arsitektur
tradisional bali yang menjadi dasar penelitian dan perancangan. Berdasarkan studi
ini, didapatkan bahwa semakin terikat seseorang dengan suatu tempat maka mereka
akan rela berkorban untuk tempat tersebut. Dalam kasus kawasan bersejarah,
perasaan ini dapat membantu dalam mempertahankan bangunan bersejarah dalam
kawasan (preservasi ataupun adaptive reuse). Kedua, dilakukan penelitian dalam 3
tahap dengan metode kualitatif (1) dan kuantitatif (2 dan 3) untuk mengetahui
elemen pembentuk sense of place di kawasan bersejarah Kota Singaraja.
Pengumpulan data penelitan ini didapatkan melalui kuesioner daring. Penelitian
pertama dengan 105 responden, kedua dengan 135 responden, dan ketiga dengan
69 responden. Berdasarkan hasil studi komparatif tiga tahap penelitian dan teori,
didapatkan tiga elemen pembentuk sense of place di kawasan bersejarah Kota
Singaraja yaitu kondisi fisik, aktivitas, dan makna tempat. Kondisi fisik meliputi
identitas, bentuk dan gaya bangunan, tampilan, keaslian, lanskap, pencapaian, dan
pedestrian. Aktivitas yang sering dilakukan adalah rekreasi, absorptif, konsumtif,
refreshing, sosial, edukasi, olahraga, ibadah, dan budaya. Makna tempat meliputi
unik, edukatif, menyenangkan, historis, tenang, dan nyaman. Analisis lokasi
dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan peluang yang ada. Ketiga,
penyusunan prinsip desain, strategi, dan batasan dilakukan berdasarkan hasil
penelitian dan analisis. Keempat adalah tahap perancangan untuk mengembangkan
kawasan DTW Eks. Pelabuhan Buleleng, pertokoan lama, dan Taman Soenda Ketjil
berdasarkan hasil studi di tahap sebelumnya.