digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nyoman Laksmitasari Wulansani
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Perkembangan kota-kota di Bali saat ini belum merata, salah satunya adalah Kota Singaraja. Kota Singaraja memiliki bukti penting sejarah perkembangan Pulau Bali karena pernah menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda di kepulauan Sunda Kecil tahun 1846, salah satunya DTW Eks. Pelabuhan Buleleng. Pelabuhan ini adalah salah satu pelabuhan peninggalan kolonial Belanda dan pernah menjadi satusatunya pintu masuk ke Pulau Bali. Pelabuhan ini kehilangan salah satu bangunan bersejarah yaitu pergudangan karena pengembangan yang dilakukan. Tiga komunitas lokal yang beraktivitas dalam kawasan ini yaitu komunitas Bugis, Bali, dan Tionghoa dapat menjadi keunikan dan daya tarik kawasan. Perencanaan pengembangan kawasan dilakukan dalam empat tahap. Pertama, dilakukan studi komparatif terhadap teori sense of place, heritage, pariwisata, dan arsitektur tradisional bali yang menjadi dasar penelitian dan perancangan. Berdasarkan studi ini, didapatkan bahwa semakin terikat seseorang dengan suatu tempat maka mereka akan rela berkorban untuk tempat tersebut. Dalam kasus kawasan bersejarah, perasaan ini dapat membantu dalam mempertahankan bangunan bersejarah dalam kawasan (preservasi ataupun adaptive reuse). Kedua, dilakukan penelitian dalam 3 tahap dengan metode kualitatif (1) dan kuantitatif (2 dan 3) untuk mengetahui elemen pembentuk sense of place di kawasan bersejarah Kota Singaraja. Pengumpulan data penelitan ini didapatkan melalui kuesioner daring. Penelitian pertama dengan 105 responden, kedua dengan 135 responden, dan ketiga dengan 69 responden. Berdasarkan hasil studi komparatif tiga tahap penelitian dan teori, didapatkan tiga elemen pembentuk sense of place di kawasan bersejarah Kota Singaraja yaitu kondisi fisik, aktivitas, dan makna tempat. Kondisi fisik meliputi identitas, bentuk dan gaya bangunan, tampilan, keaslian, lanskap, pencapaian, dan pedestrian. Aktivitas yang sering dilakukan adalah rekreasi, absorptif, konsumtif, refreshing, sosial, edukasi, olahraga, ibadah, dan budaya. Makna tempat meliputi unik, edukatif, menyenangkan, historis, tenang, dan nyaman. Analisis lokasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan peluang yang ada. Ketiga, penyusunan prinsip desain, strategi, dan batasan dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan analisis. Keempat adalah tahap perancangan untuk mengembangkan kawasan DTW Eks. Pelabuhan Buleleng, pertokoan lama, dan Taman Soenda Ketjil berdasarkan hasil studi di tahap sebelumnya.