digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA I Made Bayu Purnama
PUBLIC Irwan Sofiyan

Pemborosan pada konstruksi ini cukup sulit untuk diidentifikasi dan dihilangkan karena proyek konstruksi memiliki kompleksitas pekerjaan yang tinggi. Selain itu karena proyek konstruski memiliki sifat yang unik dimana proyek satu dengan yang lainnya pasti memiliki perbedaan sehingga menyebabkan pembelajaran dari setiap proyeknya menjadi hal yang wajib untuk dievaluasi dan diperbaiki pada proyek selanjutnya. Pemborosan ini dapat berasal dari sumber daya manusia, mesin, metode, dan material. Secara umum ada tujuh pemborosan yaitu berupa overproduction, waiting, defect, inventory, motion, transportation, dan process. Pada PT. XY yang telah mencoba mengadopsi konsep lean construction dan beberapa tools untuk mencegah atau mengurangi terjadinya pemborosan dan tools ini telah dicoba diterapkan pada proyek yang sedang berjalan. Dari identifikasi pemborosan yang terjadi ternyata pemborosan yang cenderung terjadi dengan metode waste assessmen model pada proyek-proyek gedung pada perusahaan ini adalah defect dengan 33,39%, motion dengan 16,56% menjadi yang kedua, yang ke tiga adalah overproduction dengan 12,56%, ke empat adalah waiting sebesar 11,74%, ke lima adalah transportation sebesar 10,41%, ke enam adalah process sebesar 9,94%, dan terakhir adalah inventory sebesar 7,27%. Sedangkan untuk hubungan antara pemborosan, defect dan waiting memiliki nilai 20,2% untuk pemborosan yang mempengaruhi terjadinya pemborosan lain dan defect mendapatkan nilai 22,9% untuk pemborosan yang terjadinya dipengaruhi pemborosan lain. Hasil dari fault tree analysis mendapatkan hasil defect terdiri dari 3 bagian yaitu defect desain, defect material, dan defect produk dengan akar penyebabnya masing-masing. Defect desain disebabkan oleh adanya keterlambatan desain dari desainer, desain belum final karena menunggu kesepakan dari owners (owner lebih dari 1), pada saat pengerjaan terjadi perubahan desain awal, adanya permintaan pekerjaan tambahan dari owner, dan adanya kendala di lapangan sehingga desain harus ada perubahan. Defect material disebabkan oleh rusaknya material yang pelindungnya terkelupas karena sering dilalui pekerja, peralatan handling sudah perlu diperbaiki atau perbaruan alat, kurang cakapnya operator dari pengguna mensin handilng sehingga dapat terjadi kerusakan material. Defect produk terjadi karena adanya perubahan desain dan spesifikasi dari rencana awal dan adanya ketidak sesuaian antara rencana dan pekerjan di lapangan.