Penggunaan antibiotik yang berlebihan menciptakan masalah kesehatan global dalam bentuk resistensi antibiotik. Nanopartikel seng oksida (ZnO) merupakan salah satu jenis nanopartikel logam oksida yang dikenal sebagai senyawa antimikroba yang tidak menginduksi resistensi antibiotik. ZnO telah dikenal luas sebagai senyawa yang aman, non-reaktif, dan cocok untuk diaplikasikan di bidang medis dan pangan. Sintesis nanopartikel ZnO dapat dilakukan melalui tiga metode umum yaitu fisika, kimia, dan biologis. Sintesis kimia dan biologi menjadi dua metode yang paling sering digunakan untuk sintesis nanopartikel ZnO dan keduanya terbukti efektif melawan bakteri Gram-negatif dan Gram-positif. Ulasan ini bertujuan untuk membandingkan kinerja berbagai jenis metode sintesis ZnO untuk menentukan metode mana yang menunjukkan efektivitas yang lebih besar dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Perbandingan dilakukan dengan mengumpulkan 81 literatur dengan kategori sintesis nanopartikel ZnO menggunakan metode kimia dan biologi untuk aplikasi antimikroba. Data yang diambil dari literatur adalah minimum inhibitory concentration (MIC) dan ukuran partikel sebagai aspek utama pembanding kinerja antimikroba. Data akan diplot menggunakan diagram box-plot dan diagram bubble plot untuk selanjutnya dianalisis dengan uji-Q untuk menghilangkan pencilan, uji-F untuk menentukan perbedaan varians, dan uji-t untuk menentukan perbedaan nilai rata-rata. Hasil perbandingan menunjukan sintesis biologis nanopartikel ZnO menunjukkan kinerja antimikroba yang lebih tinggi ditunjukkan dengan tingkat MIC yang lebih rendah dan ukuran nanopartikel yang lebih kecil, dibandingkan dengan metode sintesis kimia. Selain itu, sintesis biologis nanopartikel ZnO dengan ekstrak tumbuhan menunjukkan kinerja antimikroba yang lebih tinggi ditunjukkan dengan ukuran nanopartikel yang lebih kecil, dibandingkan dengan metode biosintesis ekstrak non tumbuhan. Ekstrak tumbuhan potensial untuk mensintesis nanopartikel ZnO dengan performa antimikroba yang baik berasal dari ekstrak yang memiliki kandungan fitokimia yang lebih lengkap dan senyawa fenolik sebagai metabolit sekunder dominannya. Namun, biosintesis dengan ekstrak tumbuhan menunjukkan kinerja antimikroba yang mirip dengan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, dengan Gram-negatif lebih sedikit resisten.
Perpustakaan Digital ITB