digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ikan nila (Oreochromis niloticus L.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar dengan tingkat produksi tertinggi di Indonesia. Budidaya ikan nila di Indonesia masih didominasi oleh sistem terbuka konvensional (flow-through) dengan kestabilan produksi yang rendah dan resiko terjangkit penyakit yang lebih tinggi dikarenakan minimnya kontrol kualitas air selama periode budidaya. Sistem tertutup akuakultur menggunakan teknologi bioflok merupakan alternatif strategi budidaya untuk meningkatkan performa budidaya dengan pengontrolan penyakit yang tinggi. Selain itu, aplikasi pakan fungsional dengan suplementasi sinbiotik, yakni campuran probiotik dan prebiotik, kini juga menjadi alternatif strategi pengontrolan penyakit pada budidaya ikan nila. Pada penelitian ini dibandingkan kualitas air, pertumbuhan ikan dan profil nutrisi ikan dari sistem bioflok, baik menggunakan pakan komersil (‘B’) maupun dengan pakan sinbiotik (‘BS’) sebanyak 6 g/kg, dibandingkan dengan kontrol menggunakan sistem semi-batch (‘K’) setelah 70 hari periode pembesaran. Sinbiotik yang diujikan mengandung konsorsium probiotik sebanyak 108 CFU/kg pakan dan mikroalga Spirulina platensis sebanyak 0,5%. Parameter kualitas air termasuk suhu, pH, dissolved oxygen (DO), konsentrasi amonium, nitrit, dan nitrat pada perlakuan K, B dan BS berada pada rentang optimum selama periode pembesaran. Selain itu pada parameter biologis termasuk average daily growth (ADG), specific growth rate (SGR), feed conversion ratio (FCR), kesintasan, biomassa akhir, produktivitas, berat akhir, dan panjang akhir. Perlakuan B menghasilkan rata - rata ADG (0,83± 0.242), SGR (5,73 ± 0,51%), FCR (2,14 ± 0,77), Kesintasan (83,33 ± 7,45%), Biomassa Akhir (1,32 ± 0,23 kg), produktivitas (13,25± 2,32 kg/m3 ), berat Akhir (106,33± 17,24 gr), dan panjang akhir (17,31 ± 1,22 cm), yang lebih tinggi namun tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan K (P>0,05). Selanjutnya, BS menghasilkan rata - rata ADG (0,94 ± 0,30), SGR (5,91 ± 0,49%), FCR (1,66 ± 0,52), Kesintasan (91,67 ± 7,26%), Biomassa Akhir (1,68 ± 0,27 kg), Produktivitas (16,76 ± 2,73 kg/m3), Berat Akhir (121,35 ± 13,54 gr), dan panjang akhir (17,65 ± 0,48 cm) yang lebih tinggi namun tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan B (P>0,05). Analisis profil nutrisi menunjukan pada ketiga perlakuan berada pada kondisi optimum. Kadar air dan kadar abu pada B lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan K (P<0,05), sedangkan total karbohidrat dan energi total pada BS lebih tinggi dan berbeda signifikan dengan B (P<0,05). Teramati adanya korelasi antara panjang dengan berat ikan pada ketiga perlakuan, dengan pola pertumbuhan alometrik negatif (b<3) pada K dan pola pertumbuhan alometrik positif (b>3) pada B dan BS. Faktor relatif pada ketiga perlakuan mendekati nilai 1, yang menandakan kondisi ikan pada dalam keadaan sehat. Dapat disimpulkan bahwa aplikasi sistem bioflok, baik maupun tanpa penggunaan pakan fungsional dengan suplementasi sinbiotik dapat meningkatkan kualitas air budidaya dan pertumbuhan ikan nila dengan profil nutrisi yang baik, sehingga berpotensi untuk diaplikasikan untuk pembesaran ikan nila secara intensif pada skala industri.