Untuk industri fashion, tahun 2020 adalah waktu di mana segalanya berubah. Wabah
COVID-19 telah mengakibatkan sektor ini mengalami tahun terburuknya, dengan
hampir tiga perempat perusahaan yang terdaftar merugi. Perilaku pelanggan bergeser,
rantai pasokan terganggu dan mendekati akhir tahun banyak daerah terkena infeksi di
gelombang kedua. Analisis Global Fashion Index, organisasi mode akan mencatat
sekitar 90 persen penurunan keuntungan bisnis pada tahun 2020, setelah pertumbuhan
4 persen pada 2019 (McKinsey, 2020). Di Indonesia, pertumbuhan penjualan ritel
fashion turun 59,7 persen pada September 2020 dibandingkan bulan yang sama pada
2019. Sebagian besar merek mengalami penurunan penjualan besar-besaran,
penutupan toko, dan penurunan harga saham, sementara banyak produsen mengalami
pembatalan pesanan (Bank Indonesia, 2020).
Studi ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Kualitatif dengan memanfaatkan
alat yang dibuat oleh International Labour Organization (ILO) untuk mendukung
Pengusaha Kecil Menengah (UKM) menilai tingkat risiko dan kerentanan bisnis
mereka dan mengembangkan rencana keberlangsungan bisnis yang efektif yang
berfokus pada People, Process, Profits, dan Partnerships (4 Ps). Penelitian ini juga
melibatkan analisis internal dan eksternal dengan melakukan Analisis McKinsey 7s,
Analisis PESTEL, dan wawancara mendalam untuk memberikan kajian yang
komprehensif guna menghasilkan rencana keberlangsungan bisnis yang efektif bagi
operasi bisnis Linoluna untuk bertahan dari pandemi COVID-19.
Berdasarkan analisis kualitatif dengan perangkat yang dibuat oleh ILO dan dibantu
dengan Analytical Hierarchy Process, penelitian ini menghasilkan bahwa Linoluna
harus memfokuskan Business Continuity Plan pada Markets (bagian dari Profits) yang
dimana telah menimbulkan ancaman keberlanjutan yang parah dan memerlukan solusi
cepat untuk memulihkan kapasitas dan kapabilitas bisnis selama COVID-19.