digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yogi La Ode Prianata
PUBLIC Resti Andriani

Daerah Mamuju menunjukkan nilai radioaktifitas alami mencapai 2.800 nSv/jam yang berasal dari batuan vulkanik. Hal tersebut menyebabkan Mamuju merupakan daerah paling berpotensi akan keterdapatan mineral radioaktif. Pemanfaatan radioaktif sebagai sumber energi sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Oleh karena itu kegiatan eksplorasi terus dilakukan termasuk penggunaan metode pengindraan jauh. Tujuannya penelitian ini adalah mengetahui bentuk spektral, mineral utama, dan memetakan sebaran mineral alterasi yang terkait dengan mineralisasi radioaktif di daerah Mamuju. Pengukuran spektroskopi reflektansi menunjukkan serapan utama terjadi pada panjang gelombang VNIR dan SWIR yang ditandai dengan hadirnya mineral lempung, mineral Al-OH, dan Fe-OH. Analisis keterdapatan mineral menggunakan SpecminPro dan dikonfirmasi oleh analisis laboratorium. Bentuk spektral mineral pembawa radioaktif di daerah Mamuju ditandai pada panjang gelombang SWIR (1400–1550 nm, 1900–2000 nm, dan 2100–2200 nm) yang mengindikasikan adanya mineral alterasi hidrotermal. Selain itu dilakukan juga korelasi terhadap absorbsi di setiap panjang gelombang dan menunjukan hasil positif terhadap panjang gelombang 2200 nm yang digunakan sebagai kunci dalam memetakan sebaran mineral terkait radioaktif. Pemetaan sebaran mineral dilakukan dengan menggunakan metode principal component analysis (PCA) dan directed principal component analysis (DPCA). Mineral alterasi seperti kaolinit, klorit, biotit, illit, dan kuarsa yang di petakan menggunakan metoda PCA (B2, B8, B11, B12) dan DPCA (ratio band 3/4 dan 12/2 untuk mineral kuarsa, band 8/4 dan 11/12 untuk mineral kaolinit, dan band 8/3 dan 11/2 untuk mineral klorit).