digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dengan adanya pandemic COVID-19, dunia menghadapi perubahan yang sangat besar dan tiba-tiba. Orang-orang harus membatasi aktivitas sosial; sekolah dan ruang public ditutup dan orang-orang harus beradaptasi dengan kondisi WFH. Bisnis pun harus beradaptasi dengan kondisi online, banyak negara masuk ke dalam resesi, pengangguran meningkat dan persaingan dalam proses pencarian kerja pun semakin ketat. Maka dari itu, untuk mendapatkan pekerjaan, kandidat harus memenuhi karakteristik dari seorang talent berkualitas. Spence (2009) mengatakan bahwa seorang talent berkualitas harus memiliki 5 karakteristik yaitu competency, character, collaboration, communication, dan commitment. Untuk mendefinisikan karakteristik ini, dilakukan interview kepada perusahaan untuk mengetahui apa yang perusahaan cari dari seorang kandidat di era new normal. Dari interview tersebut, didapatkan bahwa competency adalah memiliki kompetensi digital dan keinginan untuk belajar; character adalah mempunyai integritas, selfleadership, adaptabilitas dan inovasi; collaboration adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan, knowledge sharing, apresiasi dan kepercayaan; communication adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat secara jelas, mampu berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai latar belakang, serta memiliki kemampuan interpersonal untuk membangun hubungan dengan orang lain; dan terakhir, commitment adalah memiliki komitmen terhadap organisasi dan pekerjaan mereka, memiliki mentalitas untuk mencapai yang terbaik, berani mengambil resiko dan bersemangat dalam menghadapi tantangan untuk meraih kesuksesan dalam pekerjaan. Untuk mengukur kesiapan ini, kuisioner disebar kepada 200 orang, dan didapatkan bahwa communication memberikan dampak paling besar pada kesiapan generasi Z, diikuti competence, character, dan commitment. Namun, diketahui juga bahwa communication memiliki rata-rata jawaban kuisioner paling rendah dengan kategori “Fair”. Gap juga ditemukan pada kompetensi digital dan variabel commitment. Hal ini dapat diakibatkan oleh ketidaktahuan generasi Z terhadap kompetensi terbaru yang dibutuhkan perusahaan, serta hubungan generasi Z yang sangat erat dengan teknologi yang mempengaruhi kemampuan komunikasi serta cara pikir mereka tentang daya juang. Gap ini dapat diperbaiki dengan eksplorasi dan terus mencari informasi mengenai kompetensi yang dibutuhkan perusahaan/pekerjaan yang mereka inginkan sehingga mereka tidak tertinggal dalam kompetisi pencarian kerja. Persiapan lain juga dapat dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan training secara online menggunakan Learning Management System untuk menciptakan proses belajar yang berkelanjutan dan menyenangkan bagi generasi Z.