digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam dunia modern, engagement menjadi salah satu aspek vital yang harus diperhatikan oleh sebuah perusahaan untuk membangun brand image berdasarkan nilai-nilai perusahaan. Engagement adalah hasil interaksi antara customer dan perusahaan itu sendiri melalui komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Saat ini, media sosial menjadi salah satu wadah bagi perusahaan untuk melakukan komunikasi semacam ini, tidak terkecuali Twitter. Twitter dapat menciptakan interaksi instan, menghasilkan interaksi real-time antar-pengguna yang genuine tidak seperti platform media sosial lainnya. Melalui media sosial, khususnya Twitter, perusahaan membagikan informasi yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menarik customer sebanyak mungkin. Melalui cara itu, customer yang tertarik akan memberikan umpan balik mereka terhadap informasi terkait dengan menyukai konten terkait (like), memberikan komentar mereka terhadap konten terkait (reply) atau membagikan informasi terkait di akun media sosial mereka (retweet). Kegiatan semacam ini, jika diamati pada keadaan dan periode tertentu, akan menghasilkan keluaran terukur yang disebut “engagement rate”. Engagement rate menunjukkan seberapa jauh perusahaan dapat menjangkau customer melalui platform media sosial, dan sangat disarankan bagi perusahaan untuk memiliki platform media sosial yang terus berkembang karena penggunaan media sosial menjadi lebih intens dari masa ke masa. Studi ini mencoba mempelajari dan memetakan peran manajer media sosial dalam sebuah tim olahraga, khususnya Formula Satu. Sebagai tim Formula Satu yang paling sukses di "Era Hybrid", Mercedes-AMG F1 Team juga memiliki tim media sosial yang sangat sukses yang dapat menyampaikan informasi menarik tentang aktivitas tim di dalam dan di luar balapan, serta secara bertahap membentuk ulang brand image Mercedes sendiri sebagai merek otomotif mewah berperforma tinggi seperti yang dikenal saat ini. Studi ini dilakukan dengan menelaah aktivitas Mercedes-AMG F1 Team di media social, khususnya Twitter, kemudian membandingkannya dengan tim Formula Satu lainnya untuk melihat sejauh mana Mercedes-AMG F1 Team dapat menjangkau penggemarnya dan juga merumuskan pola konten yang dibagikan, serta mempelajari kualitas konten yang dibagikan melalui cara yang terukur.