Untuk memenuhi permintaan LPG yang terus meningkat di wilayah Indonesia Timur, serta untuk
membangun operasi hilir yang lebih efisien, PT Pertamina (Persero) berniat bekerja sama dengan PT
BADAK NG, yaitu dengan memanfaatkan salah satu fasilitas milik PT BADAK NGL. Fasilitas tersebut
akan dimanfaatkan menjadi terminal refrigerated LPG yang akan disebut sebagai Terminal LPG Bontang,
dan.diharapkan dapat menggantikan fasilitas floating storage yang saat ini digunakan. Perbaikan dan
pemeliharaan fasilitas selama masa pakainya, serta biaya pengoperasiannya akan menjadi tanggung jawab
PT BADAK NGL. Sebelum proyek ini dimulai, analisis investasi perlu dilakukan untuk menentukan biaya
penyaluran berdasarkan MARR (Minimum Acceptable Rate of Return) yang ditargetkan oleh PT Pertamina
(Persero). Kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan biaya operasional fasilitas floating storage saat
ini, untuk menentukan apakah pemanfaatan fasilitas PT BADAK NGL untuk penyaluran LPG ke Indonesia
Timur akan menjadi lebih efisien.
Untuk menentukan biaya penyaluranya, arus kas proyek tersebut untuk jangka waktu 20 tahun akan
diproyeksikan dengan menggunakan teknik capital budgeting. Biaya penyaluran ditentukan dengan
mempertimbangkan target net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR) proyek ini, agar
didapatkan nilai investasi proyek yang layak. Hurdle rate Pertamina sebesar 10.62% akan menjadi target
tingkat IRR minimum proyek untuk mencapai titik NPV bernilai nol. Kemudian, dengan memperhatikan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Nomor 58 Tahun 2017 tentang infrastruktur gas, nilai
IRR maksimal ditetapkan sebesar 11%. Selanjutnya, untuk menentukan apakah proyek ini dapat membuat
operasi hilir menjadi lebih efisien, nilai biaya penyaluran tersebut dibandingkan dengan biaya operasi
floating storage saat ini yaitu sebesar USD30 per MT. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk
menentukan variabel yang paling sensitif.
Hasil perhitungan menunjukan rentang biaya penyaluran fasilitas tersebut akan sebesar USD56.07 hingga
USD56.28 per MT. Dengan biaya operasi saat ini sebesar USD30 per MT, proyek pemanfaatan Terminal
LPG Bontang merupakan pilihan yang kurang efisien, karena akan menimbulkan biaya operasional yang
lebih tinggi. Sehingga, selanjutnya ditentukan biaya penyaluran alternatif, yang hasilnya menunjukkan
rentang biaya penyaluran dapat diturunkan menjadi USD9.51 hingga USD 12.07 per MT. Alternatif lain
dari belanja modal (CAPEX) dan belanja operasional (OPEX) juga ditentukan untuk mencapai biaya
penyaluran maksimum pada USD30 per MT. PT BADAK NGL dapat menurunkan OPEX menjadi
maksimal USD34,40 juta, atau menurunkan CAPEX menjadi minimal USD24,9 juta dan OPEX menjadi
minimal USD26,90 juta. Kemudian hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa variabel yang paling
sensitif adalah CAPEX dan OPEX, sehingga perlu dipantau secara ketat.
Perpustakaan Digital ITB