digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Nanoteknologi merupakan hal yang ramai dibicarakan oleh berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Pembahasan mengenai hal ini sendiri nampak tidak lepas dari pembicaraan mengenai inovasi, terkait dengan kegiatan penelitian hingga komersialisasinya. Berbagai penelitian yang ada tidak hanya ditulis oleh peneliti bidang nanoteknologi, namun juga peneliti lain, seperti peneliti bidang bisnis, hukum, dan etika, yang terkait dengan kekhususan karakter praktik nanoteknologi di ranah hulu dan hilir. Praktik inovasi nanoteknologi yang terjadi tidaklah homogen. Masing-masing praktik yang ada memberikan implikasi yang berbeda-beda, terkait dengan apakah peluang nanoteknologi dapat dieksplor secara maksimal. Peluang nanoteknologi sendiri terletak pada fitur-fitur baru yang dimilikinya. Dalam penelitian ini, dibahas mengenai pola interaksi hulu-hilir yang berimplikasi pada eksplorasi peluang nanoteknologi secara maksimal berdasarkan kajian pustaka inovasi nanoteknologi. Berdasarkan kajian ini, ditemukan bahwa ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya inovasi nanoteknologi, yaitu 1) konstruksi identitas, 2) laboratorium nanoteknologi, 3) asosiasi peneliti nanoteknologi, 4) konstruksi bidang penelitian baru, 5) jurnal nanoteknologi, 6) pengetahuan yang dibentuk dari interaksi (network knowledge), 7) asosiasi pebisnis nanoteknologi, dan 8) pembentukan ceruk pasar (niche market). Faktor-faktor ini menjadi rujukan untuk melihat praktik inovasi nanoteknologi yang dilakukan di Indonesia, terutama di Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Nano Center Indonesia (NCI). Untuk mendapatkan gambaran praktik inovasi nanoteknologi, dilakukan wawancara kepada beberapa peneliti nanoteknologi dan pelaku komersialisasi pada kedua lembaga tersebut menggunakan metode etnografi. Selain itu, data publikasi peneliti juga ditinjau untuk mendapatkan gambaran praktik yang lebih komprehensif. Analisis data pada penelitian ini merujuk kepada premis-premis Latour (2005) yang mendeskripsikan logika-logika untuk menguraikan fenomena sosial. Sebagai gambaran pembanding, pemberian skor pada masing-masing faktor pendukung inovasi nanoteknologi diberikan untuk setiap peneliti. Di Indonesia, dalam praktik yang dilakukan di PPNN ITB, dapat diketahui bahwa meskipun ada beberapa inisiasi yang telah dilakukan untuk mendukung inovasi nanoteknologi, namun praktik yang ada masih cenderung konvensional. Di sisi lain, Nano Center Indonesia memiliki pola penelitian yang lebih holistik, namun fasilitas laboratorium yang terbatas menjadi tantangan untuk mendukung inovasi nanoteknologi. Sebagai implikasi, jika tidak ada pergeseran dalam praktik yang terjadi di PPNN ITB dan NCI, maka peluang-peluang nanoteknologi tidak dapat tereskplor secara maksimal. Kata kunci: inovasi nanoteknologi, interaksi hulu-hilir, faktor pendukung, riset di perguruan tinggi, riset di lembaga litbang