Kegiatan penambangan batubara membutuhkan sistem pengangkutan batubara dari stockpile ke pelabuhan, sehingga biasanya akan dibangun coal reclaim tunnel (CRT) untuk memfasilitasi hal tersebut. Terowongan reklamasi batubara biasanya dibangun di bawah area stockpile batubara di dekat pelabuhan dan dilengkapi dengan ban berjalan untuk mengangkut batubara secara terus menerus dari stockpile ke tongkang batubara atau ke pengangkut batubara. Pada coal reclaim tunnel (CRT), risiko kebakaran dan ledakan akibat gas metana dan debu batubara dapat terjadi di dalam terowongan akibat proses pengangkutan batubara.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi kasus di terowongan tambang batubara di Tanjung Enim (Sumatera Selatan) dan Ombilin (Sumatera Barat) yang kemudian akan dibagi lagi menjadi dua tipe CRT yaitu tipe A dan B, dimana nilai TRR dari masing-masing lokasi akan dicari untuk mendapatkan matriks penilaian risiko. Dari nilai RR yang didapat akan dilakukan simulasi monte carlo untuk mendapatkan nilai TRR dan probabilitasnya. Dari hasil simulasi yang dilakukan pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa metode simulasi Monte Carlo cukup representatif dalam pengklasifikasian tingkat risiko. Sehingga untuk studi kasus yang dilakukan didapatkan hasil bahwa ada 3 grup pengklasifikasian penilaian risiko berdasarkan rentang nilai TRR nya. Pada Tambang di Tanjung Enim memilikki 3 grup penilaian risiko dimana grup 1 memiliki risiko low, grup 2 memiliki risiko high, dan grup 3 memiliki risiko moderate. Sedangkan di Ombilin memiliki 2 kategori risiko, dimana pada grup 1 memiliki risiko high dan grup 2 memiliki risiko moderate. Kemudian pada masing-masing tambang akan dipasang model CRT berdasarkan dari Mine A dan B dimana hasilnya adalah untuk lokasi yang dipasang CRT B akan mengalami penurunan matriks penilaian risiko dibandingkan di CRT A. Pada simulasi didapatkan juga bahwa faktor sistem ventilasi merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam distribusi nilai TRR sehingga apabila kita ingin mengurangi risiko ledakan pada CRT kita perlu memperhatikan faktor dari sistem ventilasi tersebut.
Perpustakaan Digital ITB