digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Agenda pembangunan perkotaan berusaha mewujudkan terciptanya komunitas yang berkelanjutan serta pengurangan ketimpangan pada masyarakat. Pada lingkungan perumahan dan permukiman, ketidaksetaraan dapat mendorong terjadinya segregasi spasial. Segregasi didefinisikan sebagai keadaan dimana dua atau lebih kelompok hidup terpisah satu sama lain di dalam satu lingkungan binaan. Segregasi dalam berhuni dapat berdampak negatif pada kualitas berhuni dan kerukunan antar masyarakat. Pengamatan terhadap segregasi umumnya dilakukan pada lingkungan hunian dalam skala besar berupa hunian tapak. Namun, tren perkembangan hunian yang beralih menuju hunian vertikal menuntut adanya tinjauan terhadap fenomena segregasi di hunian vertikal. Program Perumahan 2021 PUPR menetapkan pembangunan rusun sebagai prioritas utama pembangunan yang salah satunya meliputi rusun umum. Rusun umum merupakan hunian vertikal yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sistem penghunian rusun umum untuk MBR saat ini diperuntukkan bagi pendaftar umum dan warga relokasi. Kedua tipe penghuni ini memiliki perbedaan dalam motif berhuni yaitu secara sukarela (voluntary) dan terpaksa (involuntary). Perbedaan motif berhuni diduga dapat mempengaruhi fenomena segregasi yang terjadi di hunian vertikal dengan karakteristik yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena segregasi di hunian vertikal serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan melalui studi komparasi antar rusun umum dengan motif berhuni voluntary dan involuntary. Penelitian dilakukan secara kualitatif deskriptif untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi langsung. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis konten dari data deskriptif hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan fenomena segregasi yang terjadi pada hunian vertikal rusun umum dengan motif berhuni voluntary dan involuntary. Fenomena segregasi di rusun umum dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe, yaitu isolation, separation, domination, dissociation, dan exclusion. Segregasi berbentuk isolation, separation, dan domination ditemukan pada rusun dengan motif berhuni voluntary. Sementara dissociation dan exclusion ditemukan pada rusun dengan motif berhuni involuntary. Adapun faktor utama segregasi terdiri dari faktor fisik meliputi level lantai, blok, dan partisi; serta faktor non-fisik meliputi usia, komposisi keluarga, asal daerah, dan status keanggotaan organisasi.