PT. Green Energy Land Indonesia (GELI) adalah anak perusahaan GELI Corporation, salah satu
perusahaan energi terkemuka di dunia. PT. GELI saat ini sedang berupaya melakukan remediasi terhadap
192 lokasi yang terkontaminasi minyak mentah. Namun upaya remediasi ini membutuhkan izin dari pemilik
lahan yang terkena dampak pencemaran minyak mentah dari hasil Operasi PT. GELI di masa lalu. Izin
akses lahan yang diberikan oleh pemilik lahan dibutuhkan oleh PT. GELI agar perusahaan dapat melakukan
kegiatan remediasi sesuai ketentuan undang-undang. Kegiatan memperoleh akses tanah dari pemilik tanah
disebut proses Land Settlement. Kontrak konsesi PT. GELI akan berakhir pada Agustus 2021. Artinya PT.
GELI memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menyelesaikan semua kegiatan remediasi lingkungan.
Tim pertanahan harus menyelesaikan semua proses Land Settlement ke 162 lokasi yang tersisa dalam waktu
6 bulan. Oleh karena itu, tim Proyek perlu melakukan perbaikan waktu penyelesaian proses Land Settlement
dari rata-rata 4 bulan menjadi 2,5 bulan per lokasi.
Untuk mengeksplorasi dan memecahkan masalah, kombinasi metodologi DMAIC dan Analisis Keputusan
akan digunakan. DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yang dikenal sebagai pendekatan
terstruktur untuk penyelesaian masalah dan peningkatan proses, dipilih sebagai pendekatan yang telah
diadopsi oleh GELI Company sebagai alat yang terbukti dalam peningkatan proses untuk semua operasi di
seluruh dunia. Five Why digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari rendahnya jumlah situs yang
siap untuk remediasi dalam fase Analisis. Berdasarkan analisis yang dilakukan, proses penentuan prioritas
perlu ditingkatkan dan dikembangkan dalam proses mendapatkan akses lahan.
Kombinasi SMART dan AHP akan diterapkan pada fase Improve dan digunakan untuk mengembangkan
alat prioritisasi. Alat prioritisasi diperlukan untuk menurunkan cycle time dalam proses mendapatkan akses
lahan. Direct Rating dari SMART memberikan kesederhanaan dan transparansi proses penentuan prioritas.
Sementara Pair Wise Comparison dari AHP memungkinkan penggunaan kriteria kualitatif dan kuantitatif
dalam mendukung proses pengambilan keputusan secara bersama. AHP tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena sulit untuk membandingkan semua alternative dan menetapkan nomor prioritas yang
berbeda. Kesulitan ini akan diselesaikan dengan menggunakan metode direct rating yang menilai dengan
cepat sejumlah besar alternatif dengan hasil yang cukup baik. Kombinasi dari kedua metode inilah yang
paling cocok untuk diterapkan dalam alat prioritisasi.
Dengan dukungan kuat dari pimpinan perusahaan dan kolaborasi antara tim pertanahan dan tim Manajemen
Proyek, waktu siklus rata-rata berhasil dikurangi dari 4 bulan menjadi 2,5 bulan dan hal ini berdampak pada
meningkatnya jumlah lokasi yang siap untuk diremediasi. Hasil ini diperoleh setelah tindakan perbaikan
diimplementasikan selama enam bulan pertama pada fase Kontro