digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Siti Octavia Dwiyanti
PUBLIC yana mulyana

Penghentian konsumsi berulang bahan adiktif, termasuk morfin yang digunakan sebagai analgetik, dapat mengakibatkan munculnya gejala putus obat. Hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemampuan kurkumin dalam mempengaruhi gejala putus alkohol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efek kurkumin terhadap ekspresi gejala putus morfin serta perubahan kadar BDNF otak yang menyertainya. Ekspresi putus morfin diinduksi dengan pemberian nalokson 4 mg/kg setelah mencit mendapatkan dosis bertingkat dari morfin (10 mg/kg sampai 80 mg/kg) dalam 5 hari. Pencatatan perilaku dilakukan selama 30 menit dari periode total pengamatan 60 menit. Pengukuran kadar BDNF dilakukan setelah pengamatan perilaku menggunakan metode ELISA. Untuk mempelajari efeknya, kurkumin diberikan dalam dosis 3.2 mg/kg atau 10 mg/kg 30 menit sebelum induksi morfin. Hasil menunjukkan kurkumin 10 mg/kg dapat menekan secara signifikan ekspresi jumping, paw tremor, paw licking, facial preening, grooming, grooming time, rearing, dan penurunan berat badan (p<0.05). Sedangkan kurkumin 3.2 mg/kg dapat menurunkan secara signifikan ekspresi paw tremor, paw licking, grooming time, rearing, dan diare (p<0.05). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar BDNF paling tinggi diamati pada mencit yang mendapatkan kurkumin 10 mg/kg dan paling rendah pada kelompok mencit kontrol. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan potensi kurkumin untuk mengatasi gejala putus obat dari morfin.