Penghentian konsumsi berulang bahan adiktif, termasuk morfin yang digunakan sebagai analgetik,
dapat mengakibatkan munculnya gejala putus obat. Hasil penelitian sebelumnya telah
menunjukkan kemampuan kurkumin dalam mempengaruhi gejala putus alkohol. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari efek kurkumin terhadap ekspresi gejala putus morfin serta
perubahan kadar BDNF otak yang menyertainya. Ekspresi putus morfin diinduksi dengan pemberian
nalokson 4 mg/kg setelah mencit mendapatkan dosis bertingkat dari morfin (10 mg/kg sampai 80
mg/kg) dalam 5 hari. Pencatatan perilaku dilakukan selama 30 menit dari periode total pengamatan
60 menit. Pengukuran kadar BDNF dilakukan setelah pengamatan perilaku menggunakan metode
ELISA. Untuk mempelajari efeknya, kurkumin diberikan dalam dosis 3.2 mg/kg atau 10 mg/kg 30
menit sebelum induksi morfin. Hasil menunjukkan kurkumin 10 mg/kg dapat menekan secara
signifikan ekspresi jumping, paw tremor, paw licking, facial preening, grooming, grooming time,
rearing, dan penurunan berat badan (p<0.05). Sedangkan kurkumin 3.2 mg/kg dapat menurunkan
secara signifikan ekspresi paw tremor, paw licking, grooming time, rearing, dan diare (p<0.05). Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa kadar BDNF paling tinggi diamati pada mencit yang mendapatkan
kurkumin 10 mg/kg dan paling rendah pada kelompok mencit kontrol. Secara keseluruhan hasil
penelitian ini menunjukkan potensi kurkumin untuk mengatasi gejala putus obat dari morfin.