Bandeng Presto Malioboro adalah bisnis kuliner UMKM yang sering disebut sebagai industri
rumah tangga. Masakan Indonesia beku ini didirikan pada tahun 2010 dan terus berkembang,
hingga hari ini dengan WOM (Words of Mouth) sebagai strategi promosi utama. Namun,
selama lima tahun terakhir (2015-2019), bisnis ini menghadapi masalah dalam hal penjualan.
Penjualan tetap stagnan dan cenderung menurun dan belum bisa meningkatkan penjualan.
Peneliti menganalisis kondisi eksternal dan internal Presto Malioboro. Analisis eksternal
meliputi penelitian Porter 5 Forces, analisis pesaing dan analisis pelanggan. Sementara itu,
analisis internal melibatkan analisis STP, analisis sumber daya dan bauran pemasaran saat ini.
peneliti melakukan penelitian pendahuluan untuk mendapatkan gambaran yang lebih besar
tentang atribut apa yang disukai customer ketika memilih makanan beku. Hasil dari penelitian
pendahuluan kemudian digunakan untuk membuat item pada kuesioner. Untuk analisis
pembelanja, peneliti ingin mengetahui perilaku konsumen, Extended Fishbein Model (untuk
membandingkan atribut Presto Malioboro dan Presto Juwana), persepsi kualitas dan kepuasan
konsumen. Untuk pelanggan potensial, peneliti ingin mencari tahu tentang profil responden,
perilaku konsumen, pertimbangan ketika membeli masakan Indonesia beku dan keinginan
untuk membeli.
Extended Fishbein Model digunakan untuk menentukan analisis IPA dan peta persepsi untuk
atribut. Dengan demikian, pemetaan pikiran digunakan untuk mencari tahu akar penyebabnya.
peneliti menggunakan teknik SWOT untuk melanjutkan analisis. Dari data yang diperoleh
dari analisis, matriks TOWS diimplementasikan dan ada 6 strategi yang dapat dijalankan
untuk meningkatkan kinerja Presto Malioboro, yang terdiri dari membuat akun bisnis di
media sosial, memanfaatkan iklan media sosial, bergabung dalam GoFood dan GrabFood dan
memaksimalkan kinerja dalam kedua aplikasi, meningkatkan kemasan produk,
mengembangkan strategi promosi melalui perdagangan sosial dan terakhir, meningkatkan
diferensiasi produk dan keunggulan kompetitif