COVER Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Rendy Tandela
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Bauksit merupakan batuan sedimen yang cenderung memiliki kadar aluminium
yang tinggi dan dimanfaatkan sebagai bijih utama penghasil alumina di dunia.
Berdasarkan data dari U.S. Geological Survey pada tahun 2019 menempatkan
Indonesia pada peringkat ke-7 cadangan bauksit terbanyak di dunia dengan total
sumber daya sebesar 3,787 miliar ton dan cadangan bauksit sebesar 1,282 miliar
ton. Deposit bauksit di Indonesia merupakan jenis bauksit laterit hasil pelapukan
dan pengayaan sekunder batuan beku kaya akan felspar dan melalui proses Bayer,
bijih bauksit diolah menjadi alumina. Adapun standar bauksit sebagai umpan
proses Bayer diharapkan memiliki kadar Al2O3 > 51%, SiO2 < 7%, nisbah Al2-
O3/SiO2 > 10. Bijih bauksit asal Tayan, Kalimantan Barat merupakan bijih bauksit
dengan kadar silika tinggi yang tidak dapat secara langsung dijadikan sebagai
umpan proses Bayer, sehingga diperlukan metode konsentrasi untuk menurunkan
kadar silika dan menaikkan kadar alumina untuk dapat diumpankan dalam proses
Bayer. Salah satu metode konsentrasi yang digunakan untuk mengolah bijih
bauksit tersebut adalah dengan metode konsentrasi flotasi.
Serangkaian percobaan konsentrasi flotasi kebalikan kationik telah dilakukan
untuk mempelajari pengaruh variasi dosis kolektor, pH, dan fraksi ukuran umpan
terhadap persen perolehan, perubahan kadar, nisbah Al2O3/SiO2 pada produkta
hasil flotasi bauksit. Percobaan dilakukan pada sampel bauksit yang berasal dari
Kecamatan Tayan, Kalimantan Barat. Penelitian diawali dengan melakukan
karakterisasi bijih menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan analisis komposisi
kimia dengan X-Ray Fluorescence (XRF). Selanjutnya, dilakukan proses
penggerusan untuk mendapatkan fraksi sampel berukuran -63 +53 µm, -53 +44
µm, -44 +37 µm, dan -37 µm. Setiap fraksi ukuran kemudian dilakukan proses
flotasi pada sel flotasi dengan volume 1375 mL dengan menggunakan
Dodecylamine (DDA) sebagai kolektor, pati termodifikasi (starch) sebagai
depresan dan Dowfroth 1012 sebagai pembuih. Produkta hasil flotasi kemudian
dilakukan analisis kadar dengan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS).
Hasil karakterisasi sampel bijih menunjukkan bahwa bijih bauksit asal Tayan
mengandung mineral kuarsa, gibsit, dan kaolinit dengan kandungan senyawa
Al2O3 sebesar 42,86% dan SiO2 sebesar 26,56%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kolektor DDA dengan dosis 500 gram/ton memberikan hasil perolehan
terbaik dengan nisbah Al2O3/SiO2 sebesar 3,37 dan perolehan Al2O3 sebesar
56,18%. Peningkatan perolehan Al2O3 hingga 81,89% dengan nisbah Al2O3/SiO2
sebesar 3,11 terjadi pada pH operasi sebesar 8. Terdapat pula hubungan antara
semakin halusnya fraksi ukuran umpan terhadap peningkatan efektivitas operasi
flotasi seperti pada hasil flotasi umpan berukuran -37 µm yang ditandai denganvii
peningkatan perolehan Al2O3 sebesar 62,92% dengan nisbah Al2O3/SiO2 sebesar
4,35.
Perpustakaan Digital ITB