digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dindha Nirmalasari
PUBLIC Sandy Nugraha

Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berperan penting dalam sejarah masa kolonial. Banyak ditemukan bangunan-bangunan hasil peninggalan Belanda yang dibangun dengan suasana, tata kota dan arsitektur yang sama dengan kondisi di Belanda. Bangunan kolonial tersebut pada mulanya tidak mempertimbangkan adanya perbedaan iklim antara Belanda dan Indonesia, sehingga bangunan yang dibangun pada masa awal tidak sesuai dengan iklim tropis lembab di Indonesia, hingga akhirnya dibangun bangunan Kolonial Belanda yang berorientasi pada iklim tropis lembab Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan memperoleh perbandingan kinerja strategi pasif pada bangunan heritage pada awal abad 20 dan saat ini yang berada di iklim tropis melalui dua studi kasus bangunan. Bangunan pertama adalah Gedung Gas Negara karya Schoemaker yang dibangun pada tahun 1919. Bangunan kedua adalah Aula Timur ITB karya Henry Maclaine Pont yang di bangun pada 1918. Langkah awal penelitian dilakukan dengan studi literatur mengenai studi kasus kemudian dilakukan identifikasi pada masing-masing bangunan untuk memperoleh jenis serta atribut strategi pasif yang diterapkan. Jenis trategi pasif bangunan yang diterapkan adalah orientasi bangunan, organisasi ruang, ketebalan bangunan, material bangunan, desain atap, dan tritisan bangunan. Dari data-data yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan perhitungan secara matematis serta dilakukan permodelan untuk melakukan simulasi bangunan yang ditujukan untuk mengetahui kinerja strategi pasif yang diterapkan. Program simulasi yang digunakan yaitu Energy Plus. Simulasi tersebut akan mendapatkan nilai nilai suhu udara (air temperature), suhu radiasi (mean radiant temperature), dan kelembaban udara (relative humidity) dari kedua bangunan selama satu tahun. Dari keseluruhan perbandingan nilai didapatkan bahwa Aula Timur ITB memiliki nilai Air temperature dan Mean radiant temperature yang lebih rendah dari pada Gedung Gas Negara. Kemudian untuk aspek relative humidity, Aula Timur ITB memiliki nilai yang lebih tinggi daripada Gedung Gas Negara. Setelah didapatkan hasil simulasi, dilakukan analisis perhitungan OTTV dan RTTV serta dilakukan pengolahan data untuk mengetahui persebaran data. Didapatkan hasil berupa Aula Timur ITB memiliki nilai OTTVtotal sebesar 26.16 watt/m2 dan Gedung Gas Negara memiliki nilai OTTVtotal adalah 33.56 watt/m2 dimana nilai OTTV kedua bangunan tersebut tersebut sesuai dengan standar OTTV yang disarankan di Indonesia yaitu ? 45 watt/m2. Sedangkan dari hasil perhitungan RTTV menunjukkan bahwa Aula Timur ITB memiliki nilai RTTVtotal adalah 8 watt/m2. Sedangkan Aula Timur ITB memiliki nilai RTTVtotal adalah 14.73 watt/m2. Kedua nilai RTTV yang dihasilkan dari dua studi kasus bangunan tersebut memenuhi standar RTTV yang disarankandi Indonesia yaitu ? 45 watt/m2.