digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yuninda Mukty Ardyanny
PUBLIC Sandy Nugraha

Nearly Zero Energy Building adalah bangunan yang dapat memenuhi sendiri sebagian besar kebutuhan energi yang digunakan, baik dengan cara menghemat energi secara pasif, maupun dengan cara memanfaatkan energi dari renewable energy source yang tersedia pada site. Istilah Zero Energy Building (ZEB) pertama kali muncul di Eropa sekitar tahun 1980-an, namun baru beberapa tahun belakangan menjadi gerakan besar dalam arsitektur. Zero Energy Building mulai populer ketika permasalahan lingkungan merambah ke ranah arsitektur. Penghematan energi dalam bangunan bukan lagi persoalan menghemat energi semata, tetapi merupakan bagian penting untuk memangkas emisi CO2. Secara harfiah Zero Energy Building diartikan sebagai "bangunan tanpa energi". Sehingga, Nearly Zero Energy Building merupakan pemahaman tentang bangunan yang hampir tidak mengonsumsi energi yang bersumber dari listrik negara (PLN) maupun bahan bakar fosil. Rumah sakit, adalah bangunan yang paling banyak menggunakan energi diantara bangunan lain, dikarenakan rumah sakit adalah bangunan yang harus beroperasi selama 7x24 jam, dengan peralatan medis yang membutuhkan konsumsi energi tinggi. Bangunan rumah sakit adalah bangunan kompleks yang melibatkan beberapa service area, dimana area-area tersebut membutuhkan working environment yang berbeda, sehingga aspek efisiensi energi dan kontrol lingkungannya menjadi lebih spesifik. Bangunan rumah sakit yang dipilih dalam tesis ini, adalah bangunan rumah sakit khusus orthopedi. Rumah sakit khusus orthopedi, menjadi salah satu jenis rumah sakit khusus dengan penggunaan energi tertinggi, dibanding rumah sakit khusus jenis lain dengan kelas yang sama dikarekanan frekuensi penggunaan peralatan pada instalasi radiologi yang cukup intens. Sehingga, penentuan prinsip-prinsip desain bangunan rumah sakit menjadi hal yang sangat krusial untuk mencapai persyaratan Nearly Zero Energy Building (Abdellah, 2017). Nearly Zero Energy Building pada bangunan rumah sakit, dapat dicapai dengan tiga pendekatan desain menurut Aelenei (2015) dan Yuehong (2012), yaitu, (1) Pendekatan Passive Design dimana arsitek berperan penting dengan mengatur orientasi, bentuk massa bangunan, sistem ventilasi, dan pembayangan pada fasad. (2) Sistem Efisiensi Energi yang dilakukan dengan pengefisiensian energi mekanikal dan elektrikal, menggunakan teknologi smart building. (3) Sistem Energi yang dapat diperbaharui, seperti Solar Electric PV dan Solar Water Heating. Setelah melakukan perancangan rumah sakit dengan ketiga pendekatan tersebut, terutama pada bagian passive design, selanjutnya akan dilakukan simulasi menggunakan software Open Studio dan EDGE App untuk menghitung total penggunaan energi pada bangunan rumah sakit khusus orthopedic tersebut, hingga tercapai target Nearly Zero Energy Building, yaitu dimana dari passive design yang diterapkan, bangunan rumah sakit akan menggunakan seminimal mungkin energi yang berasal dari bahan bakar fosil, dan memanfaatkan semaksimal mungkin energi yang berasal dari renewable energy sources, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip desain bangunan rumah sakit khusus orthopedi. Dengan menerapkan pendekatan Nearly Zero Energy Building pada bangunan rumah sakit khusus orthopedi ini, diharapkan akan memiliki dampak besar untuk lingkungan karena konsepsi Nearly Zero Energy Building memastikan jika bangunan tersebut telah mencapai efisiensi energi maksimum. Hal tersebut sesuai dengan tujuan Sustainable Development oleh PBB yang menjadi muara tesis ini, yaitu pada poin nomor 7 mengenai affordable and clean energy, dimana pada tahun 2030 telah ditetapkan target penggandaan peningkatan efisiensi energi secara global dengan cara meningkatan teknologi efisiensi energi pada infrastruktur, meningkatkan sustainable energy service pada seluruh negara berkembang, meningkatkan kerjasama internasional untuk clean energy research termasuk renewable energy, serta mempromosikan investasi pada infrastruktur dan teknologi untuk energi.