ABSTRAK Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira DAFTAR Resky Prafitri
PUBLIC Yoninur Almira 2020 TS PP RESKY PRAFITRI_LAMPIRAN.pdf)u
PUBLIC Yoninur Almira
2020 TS PP RESKY PRAFITRI_JURNAL.pdf?
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» ITB
Kota Tangerang sebagai wilayah penyangga DKI Jakarta memiliki peran sebagai
pusat pertumbuhan baru untuk menampung kegiatan dari DKI Jakarta. Interaksi
dengan DKI Jakarta ditunjukan dengan jumlah komuter sebanyak 161.688 jiwa
melakukan pergerakan ke DKI Jakarta dengan tujuan bekerja setiap harinya.
Kondisi tersebut mengakibatkan kemacetan lalu lintas di jaringan jalan penghubung
antara Kota Tangerang dengan DKI Jakarta, yang mana salah satunya dilalui oleh
moda bus. Salah satu alternatif untuk mengurangi volume kendaraan dan untuk
menampung jumlah pergerakan yang tinggi adalah dengan mengoptimalkan
penggunaan transportasi masal. KRL Commuter Line dapat menjadi salah satu opsi
transportasi masal untuk mengatasi masalah tersebut karena KRL Commuter Line
memiliki kapasitas angkut yang besar, waktu tempuh yang singkat dan harga yang
lebih murah dibandingkan dengan moda bus.
Setelah dilakukan analisa menggunakan metode logit binomial, diketahui bahwa
atribut yang mempengaruhi peralihan moda pada model 1, perhitungan dengan
variabel yang digunakan adalah atribut pelayanan transportasi, adalah jumlah
perpindahan moda dari tempat tinggal ke stasiun 0 kali dan biaya menggunakan
moda < Rp 5.000. Pada model 2, perhitungan dengan variabel moda pelayanan
ditambah sosio ekonomi, atribut yang mempengaruhi peralihan moda adalah biaya
menggunakan moda < Rp 5.000, tujuan Jakarta Pusat dan asal Kecamatan
Tangerang. Dari analisa probabilitas diketahui bahwa pada model 1 peluang
kesediaan untuk beralih moda adalah 0.99 (99%) dan peluang tidak bersedia moda
adalah 0.01 (1%). Sedangkan pada model 2 peluang kesediaan untuk beralih moda
adalah 0.98 (98%) dan peluang tidak bersedia untuk beralih moda adalah 0.02 (2%).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peluang bersedia beralih moda lebih besar
dari tidak bersedia beralih moda. Selain itu juga dapat diketahui bahwa dengan
semakin banyaknya faktor atau variabel akan semakin mengurangi peluang
peralihan moda.