digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Arya Brehaspati Adisasmito
PUBLIC Alice Diniarti

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang tertinggi di dunia. Kekayaan hayati laut ini disebabkan lingkungan geografis dan variasi bentang alam yang dapat ditemui di Indonesia, diantaranya adalah, ekosistem terumbu karang (coral triangle), ekosistem padang lamun, ekosistem hutan bakau, sampai dengan ekosistem laut dalam. Ekosistem yang beragam ini menyebabkan adaptasi yang tinggi pada tingkat organisme, sekaligus terbentuknya jalur biosintesis unik pada tingkat metabolisme, antara lain biogenesis senyawa dengan struktur dan kerangka baru. Struktur beserta aktifitas biologisnya yang unik menyebabkan senyawa dari organisme laut menjadi sangat populer dicari untuk penemuan lead compound. Spons merupakan salah satu organisme dengan tingkat adaptasi yang tinggi, berkat kekurangan organisme ini dalam kemampuan bergerak dan berpindah, spons terpaksa beradaptasi dengan cara unik, yaitu pada adaptasi bersimbiosis. Spons bersimbiosis dengan beragam mikroba simbion yang menyediakan segala keperluan untuk bertahan hidup, keperluan tersebut bisa mencakup kebutuhan primer seperti metabolisme nutrisi, hingga kebutuhan sekunder seperti merekayasa lingkungan sekitar agar aman dari ancaman predasi, penyakit, atau bahkan racun kimia. Keunggulan bersimbiosis dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan ini menjadi kunci keberhasilan beradaptasi spons, keunggulan adaptasi ini menjadi dasar uniknya biogenesis metabolit sekunder pada spons maupun mikroba simbion. Jamur endofitik termasuk diantara mikroba simbion yang menyediakan kekayaan metabolit sekunder pada spons. Jamur endofitik, terutamanya yang berasal dari spons sedang maraknya dicari untuk penemuan lead compound. Pada penelitian ini dilakukan sampling beberapa spons di Taman Nasional Kepulauan Seribu, diperoleh salah satunya spons Clathria reinwardti. Dari spons ini dilakukan isolasi jamur endofitiknya, dilakukan inokulasi dan diperoleh jamur endofitik yang diidentifikasi dengan metode BLAST sebagai Mucor circineloides. Jamur dikultur secara in-vivo pada 3 kg media beras dan diperoleh 19 gram ekstrak etil asetat, ekstrak dipisahkan melalui metode kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom gravitasi (KKG), kromatografi radial (KR), dan Medium Performance Liquid Chromatography (MPLC). Pada pemisahan diperoleh lima metabolit sekunder, kelimanya dielusidasi melalui pengukuran 1H NMR, 13C NMR, HSQC, dan HMBC sehingga diperoleh senyawa dengan ciri turunan poliketida dan kerangka benzofuran: AR1 (bis-2-etilheksil-tereftalat); AR2, AR3, dan, AR4-AR5. Senyawa tersebut diujikan secara in-vitro terhadap sel Murin Leukemia P388 dan berturut-turut menunjukkan nilai IC50: 72,64 Mg/mL; 17,77 Mg/mL; 19,26 Mg/mL; & 6,76 Mg/mL. Penelitian tentang eksplorasi senyawa bahan alam laut dari jamur endofitik Mucor circinelloides pada spons Clathhria reinwardtii di kawasan perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah yang pertama kali.