digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ampas kunyit sebagai limbah dari proses pembuatan jus kunyit dan produk berbahan dasar kunyit segar lain hingga kini belum banyak dimanfaatkan dengan baik. Berdasarkan hasil analisis, ampas kunyit yang telah dikeringkan masih mengandung senyawa-senyawa larut etanol dalam jumlah yang tinggi termasuk kurkuminoid di dalamnya. Desain faktorial sebagian pada proses ekstraksi kunyit menggunakan 6 faktor menunjukkan bahwa kadar etanol dan perbedaan jenis bahan (rimpang dan ampasnya) adalah faktor yang signifikan mempengaruhi kadar kurkuminoid ekstrak, sedangkan bagian rimpang (empu dan anakan), rasio kunyit-pelarut, suhu ekstraksi, dan lama ekstraksi tidak menunjukkan efek signifikan terhadap peningkatan kadar kurkuminoid dalam ekstrak. Proses ekstraksi cair-cair dilakukan terhadap ekstrak kunyit dan ampas kunyit setelah masing-masing melalui tahap ekstraksi menggunakan etanol 90% dengan rasio jumlah bahan baku-pelarut 1:10 (b/v) pada suhu ruang selama 1 jam, kemudian dievaporasi. Ekstraksi cair-cair pertama dilakukan menggunakan n-heksana hingga diperoleh fase organik, fase air, dan endapan berwarna jingga. Fase air dibagi dua, sebagian diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan sebagian lagi menggunakan diklorometana, sedangkan endapan jingga disaring. Seluruh fraksi etil asetat dan fraksi diklorometana dievaporasi, kemudian masing-masing konsentrat dan endapan jingga dikeringkan menggunakan oven suhu 60 °C selama 24 jam. Kadar kurkuminoid dari seluruh sampel dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil analisis desain faktorial menunjukkan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi kadar kurkuminoid pada proses ekstraksi cair-cair adalah perbedaan jenis bahan (rimpang dan ampasnya) sedangkan perbedaan pelarut (etil asetat dan diklorometana) tidak menunjukkan efek signifikan terhadap kadar kurkuminoid di dalam ekstrak. Kadar kurkuminoid tertinggi bukan terdapat pada fraksi diklorometana maupun etil asetat, melainkan pada endapan jingga yang diperoleh setelah ekstraksi cair-cair menggunakan n-heksana. Berikut adalah rata-rata kadar kurkuminoid dalam sampel diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah: endapan jingga ekstrak ampas kunyit (EEAK; 95,08%), endapan jingga ekstrak rimpang kunyit (EERK; 70,37%), fraksi diklorometana dari ampas kunyit (FDAK; 49,21%), fraksi etil asetat dari ampas kunyit (FEAK; 48,79%), fraksi diklorometana dari rimpang kunyit (FDRK; 42,76%), fraksi etil asetat dari rimpang kunyit (FERK; 40,34%), ekstrak etanol ampas kunyit (EAK; 38,30%), dan ekstrak etanol rimpang kunyit (ERK; 29,59%). Studi ini menunjukkan bahwa ampas dari proses pembuatan jus kunyit dapat dimanfaatkan dalam pembuatan kurkuminoid dengan kadar tinggi.