COVER Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ranti Wulandari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Tempe merupakan salah satu makanan yang banyak di konsumsi masayarakat
Indonesia. Sejalan dengan meningkatnya produksi tempe, ampas tempe juga
meningkat dan seringkali menjadi persoalan, sehingga perlu untuk dikelola.
Hermetia Illucens L. (Diptera: Stratiomyidae) telah banyak diteliti dan digunakan
sebagai agen biokonversi pengelolaan limbah organik. Telah dilakukan penelitian
untuk menganalisis kinerja pertumbuhan H. illucens yang diberi pakan ampas
tempe. Tigapuluh (30) larva H. illucens berumur 7 periode diberi pakan ampas
tempe dengan laju pemberian pakan 12,5; 25; 50; 100; 200 mg/larva/periode pada
wadah bervolume 300 ml dan dipelihara pada suhu sekitar 23°-24°C. Periode larva
menjadi prepupa/pupa, berat prepupa/pupa, berat larva, serta residu diamati,
kemudian dilakukan perhitungan dan analisis growth rate, survival rate,
approximate digestibility (AD), efficiency of conversion of digested feed (ECD),
dan waste reduction index (WRI). Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan
pemberian pakan sebesar 200 mg/larva/periode menghasilkan waktu pertumbuhan
tercepat (53 ± 15,65 hari), rata-rata WRI tertinggi (1,67 ± 0,36), survival rate
tertinggi (100%), dan growth rate tertinggi (1,57 ± 0,31 mg/hari), namun memiliki
nilai ECD (10,79 ± 3,972%) dan AD (83,879 ± 3,88%) yang lebih rendah
dibandingkan perlakuan lain. Dari 10,33 g berat kering ampas tempe yang diberikan
untuk perlakuan 200 mg/larva/periode, sebanyak 74,93% pakan digunakan untuk
metabolisme, 8,95% untuk biomassa, dan sekitar 16,12% menjadi residu.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ampas tempe dapat digunakan
sebagai pakan larva H. illucens dan pemberian pakan ampas tempe yang optimum
adalah sebesar 200 mg/larva/periode.