digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sri Rahma Apriliyanthi
PUBLIC Sandy Nugraha

Dalam merancang bangunan kantor terdapat beberapa pertimbangan yang sangat penting untuk diperhatikan, salah satunya adalah kenyamanan dan kesehatan karyawan kantor yang bertindak sebagai pengguna bangunan. Karyawan kantor ini merupakan aset paling berharga dari sebuah perusahaan, bahkan dapat mencapai 90-91% dari life-cycle cost sebuah perusahaan digunakan untuk menggaji karyawannya. Untuk itu, faktor-faktor yang mendukung peningkatan produktivitas dan kenyamanan karyawannya menjadi faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh arsitek. Faktor lainnya yang menjadi pertimbangan sebuah perusahaan untuk memilih kantor untuk karyawannya adalah nilai prestisius dari bangunan kantor tersebut, seperti sertifikasi bangunan hijau dan fitur unik yang ada pada bangunan tersebut. Beberapa standar untuk sertifikasi bangunan hijau saat ini juga telah ditetapkan dengan mempertimbangkan penggunaan energi dan kesehatan serta kenyamanan pengguna bangunan, di antaranya seperti Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) yang disusun oleh US Green Building Council (USGBC). Instansi yang mengatur terkait standar bangunan hijau ini juga telah ada di Indonesia sejak 2009 lalu, yakni Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam bentuk sertifikasi GREENSHIP. Beberapa penelitian menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas dan kenyamanan karyawan kantor di antaranya adalah ketersediaan pencahayaan alami dalam ruangan dan akses pemandangan melalui jendela. Dalam tesis ini secara spesifik membahas kinerja horizontal louvre untuk mengoptimisasikan pencahayaan alami yang masuk ke dalam bangunan. Kinerja pencahayaan alami ini akan dinilai dengan menggunakan standar pencahayaan alami yang terdapat pada LEED, yakni Spatial Daylight Autonomy (sDA) minimum sebesar 55% dan Annual Sunlight Exposure (ASE) maksimum sebesar 20%. iv Kasus yang akan dibahas dalam perancangan ini adalah tower kedua dari Gran Rubina Bussiness Park dengan ketinggian bangunan 35 lantai. Simulasi pencahayaan alami dalam ruang kerja dilakukan dengan mengambil empat lantai sebagai sampel, dengan jarak antar lantai simulasi yakni 10 lantai. Lantai yang disimulasikan adalah lantai 5, 15, 25 dan 35. Ruang kerja yang disimulasikan juga dipisahkan menjadi empat zona berdasarkan orientasinya, yakni Utara, Timur, Selatan dan Barat. Dengan demikian pengaruh orientasi dan ketinggian bangunan terhadap sDA dan ASE dapat terlihat. Horizontal louvre ini dirancang dengan bantuan piranti lunak (software) yang mendukung computer aided design (CAD), dalam tesis ini di antaranya banyak menggunakan Rhinoceros dan Grasshopper. Penggunaan software ini juga dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil perhitungan simulasi kinerja pencahayaan alami yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan dan simulasi yang dilakukan secara manual. Simulasi ini dilakukan dalam ruang kerja dengan denah terbuka untuk menentukan karakteristik-karakteristik shading horizontal yang digunakan dalam perancangan. Karakteristik peneduh yang dipelajari dalam hal tesis ini berupa elemen tetap (fixed element shading) dan adaptif (adaptive shading). Karakteristik tetap yang diteliti dalam tesis ini adalah dimensi kedalaman bilah peneduh yang akan terkait dengan tinggi bukaan dan jumlah bilahnya serta jenis material glazing yang digunakan. Untuk karakteristik adaptif yang dipelajari dalam tesis ini adalah sudut yang merespon tingkat iluminansi dalam ruangan. Simulasi menunjukkan nilai sDA akan terpengaruh oleh perubahan ketinggian dan orientasi bukaan, sedangkan ASE hanya akan terpengaruh oleh orientasi bangunan saja. Hasil simulasi juga menunjukkan kinerja horizontal louvre yang baik untuk mencapai standar sDA dan ASE pada bukaan sisi Utara dan Selatan, namun kurang baik untuk sisi Barat dan Timur, sehingga diperlukan sistem adaptive shading untuk meningkatkan kinerjanya. Karakteristik adaptif yang digunakan adalah bilah yang menyesuaikan sudutnya untuk kondisi iluminansi tertentu dalam ruang.