digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Disrupsi terjadi secara pada gaya hidup manusia dengan adanya inovasi teknologi, membuat manusia mulai berbondong – bondong untuk merubah gaya hidup mereka menjadi lebih digital. Pada akhirnya, tren ini membuat berbagai perusahaan untuk mengembangkan layanan mereka semakin lebih digital. Sebuah pertanyaan muncul,”Apakah mereka sudah siap untuk memakai teknologi ini?”. Terjadi beberapa kasus, dimana perusahaan mencatat kerugian, hanya karena mereka memperkenalkan teknologi yang terlalu canggih bagi pelanggannya. Hal inilah yang menjadi latar belakang masalah peneliti untuk mengukur tingkat kepandaian teknologi Mahasiswa Indonesia, sebuah kelompok demografi yang sering dipakai menjadi target market untuk layanan digital. Mengadopsi teknik penilaian SMART), dengan enam grup aktivitas yang dapat menggambarkan aktivitas keseharian seseorang, menurut berbagai literatur, peneliti dapat membuat sebuah metode penilaian kepandaian teknologi untuk mahasiswa Indonesia. Dengan analisis ini, dapat ditemukan bahwa mahasiswa Indonesia memiliki kepandaian teknologi yang “Cukup” secara rata – rata. Indeks tersebut memberikan angka rata – rata senilai 3.02 untuk mahasiswa Indonesia. Dengan begitu, hasil riset ini menjelaskan bahwa mahasiswa Indonesia sudah mengandalkan teknologi digital untuk berbagai aktivitas, dan mereka sudah terbuka untuk pengembangan produk digital yang baru. Temuan inilah yang menjadi bukti kuat bahwa banyak industri saling berkompetisi untuk mendigitalisir layanan mereka, termasuk industri finansial..Meskipun sekarang banyak sekali layanan keuangan di dalam sebuah handphone, pembayaran mobile menjadi salah satu pemenangnya. Melalui penggunaan berbagai fitur handphone yang selalu berkembang. Salah satu fitur tersebut adalah kamera, melalui pembayaran Kode QR. Setelah teknologi tersebut sukses diadopsi di China, berbagai analis mempercayai bahwa pembayaran Kode QR dapat menjadi masa depan transaksi di Indonesia, karena persyaratannya yang sangat murah. Namun, kondisi ini diiringi dengan ketiadaan riset pasar, mengenai kelayakan pasar untuk teknologi ini di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menganalisis kondisi adopsi pembayaran Kode QR pada masa kini, serta faktor – faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi tersebut. Memakai metode riset UTAUT, peneliti dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pembayaran Kode QR. Dapat diketahui bahwa Behavioral Intention to Use QR Code Payment (INT) dipengaruhi secara positif oleh Effort Expectancy (EE), Performance Expectancy (PE) dan Social Influence (SI). Di sisi lain, Cost (CS)menjadi pengaruh negatif terhadap Behavioral Intention to Use QR Code Payment (INT). Setelah itu, dapat diketahui bahwa INT mempengaruhi Actual Use (ACT) secara positif. Faktor adopsi itu, pada akhirnya, dapat tercermin dari banyaknya pengguna pembayaran kode QR pada saat ini. Dapat diketahui, bahwa 78.91% responden sudah pernah memakai teknologi ini sebelumnya. Makanan/Minuman merupakan produk yang pernah mereka beli, dan aplikasi pilihan mereka merupakan aplikasi Go – Pay. Riset ini memberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pemangku kepentingan. Pertama, perusahaan sebaiknya mempromosikan teknologi ini dengan metode berbeda untuk jenis kelamin dan penghasilan yang berbeda. Selain itu, pemerintah dapat mempromosikan QRIS yang mempermudah transaksi antar aplikas., Perusahaan juga dapat melakukan metode penjualan melalui mouth- to mouth marketing,