digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Beras adalah komoditas paling populer di Indonesia. 90% dari produsen beras adalah petani kecil yang umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap adopsi metode mekanisasi di pertanian. Masalah yang terjadi ditemukan dari sekelompok petani di distrik Kongsijaya, Widasari, Indramayu, di mana ada dua teknik yang diterapkan: menggunakan teknologi pertanian dan konvensional. Hasil dari setiap teknik berbeda dan memengaruhi kemampuan untuk memenuhi permintaan gabah. Untuk meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya menggunakan mekanisasi, pembelajaran berbasis gim adalah metode yang akan digunakan sebagai pembelajaran. Pembelajaran berbasis permainan adalah jenis permainan dengan hasil belajar yang jelas yang juga memiliki banyak jenis; salah satunya adalah papan permainan instruksional. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan permainan yang cocok bagi petani, untuk menguji sikap petani terhadap adopsi metode mekanisasi dengan melakukan kuesioner pretest dan post-test, juga diharapkan untuk menguji keefektifan dari pembelajaran berbasis gim, dan kemudian akan menguji analisis cluster berdasarkan latar belakang petani untuk menentukan pendekatan pembelajaran apa yang cocok untuk setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif di mana pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data untuk membuat permainan, juga digunakan untuk memeriksa hasil pra dan pasca-tes, secara deskriptif. Sebagai bentuk gim akhir, permainan ini dibuat sebagai gim papan berkompetisi. Setelah permainan papan selesai dibuat, para peneliti melakukan percobaan setelah kuesioner pretest dilakukan, diteruskan dengan menjawab kuesioner post-test setelah percobaan tersebut. 18 petani menghadiri percobaan pembelajaran berbasis gim ini dan hasil kuesioner mereka digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Hasilnya, pembelajaran berbasis gim ini terbukti memiliki perbedaan yang signifikan dengan adopsi metode mekanisasi sebelum dan sesudah permainan. Dengan tambahan, 2 kelompok telah ditentukan dari petani yang terlibat. Kelompok tani pertama tampaknya memiliki ukuran yang memiliki usia lebih muda, latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dan rata-rata skor yang lebih tinggi dalam sikap menggunakan metode mekanisasi. Sebaliknya, kelompok kedua petani memiliki anggotanya yang rata-rata lebih tua, tingkat pendidikan yang lebih rendah juga memiliki rata-rata skor yang lebih rendah dalam sikap mereka terhadap adopsi mekanisasi. Lebih lanjut, kelompok-kelompok ini dapat menjawab tentang bagaimana cara membelajari petani yang berbeda berdasarkan latar belakang mereka. Sebagai hasilnya, petani di klaster pertama dapat dipelajari dengan menggunakan pendekatan berbasis pedagogis, sedangkan klaster kedua cocok dengan pendekatan berbasis andragogis.