digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kondisi koridor jalan di negara-negara berkembang seperti Indonesia masih belum dikembangkan dengan baik. Pengguna merasa tidak nyaman berjalan di koridor jalan karena kualitasnya yang buruk. Hal ini ditambah dengan permasalahan drainase perkotaan yang kurang efektif dalam merespon dampak dari limpasan air hujan pada area perkotaan. Sistem drainase di perkotaan yang telah ada di Indonesia berprinsip untuk mengalirkan air secepat mungkin ke sungai melalui drainase beton. Hal ini akan berdampak pada rusaknya ekosistem sungai dan sering terjadinya banjir lokal. Limpasan air hujan terdiri dari berbagai macam polutan yang berasal dari jalan dan permukaan lahan lain yang tidak mempunyai kemampuan meresapkan air. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem sungai apabila limpasan air hujan ini langsung dialirkan ke sungai. Setelah melihat dampak buruk dari limpasan air hujan tersebut akibat aplikasi hard engineering pada area perkotaan, terdapat banyak gagasan untuk mengubahnya menjadi soft engineering yang juga dapat meningkatkan nilai ekologi pada koridor jalan. Soft engineering tersebut dalam aplikasinya disebut dengan infrastruktur hijau yang belakangan ini merupakan istilah terkenal yang sering digunakan oleh para perencana dan perancang kota, namun pada implementasinya membutuhkan analisis yang lebih komprehensif terutama diaplikasikan di negara berkembang seperti Indonesia. Selain permasalahan ekologi, kota-kota di Indonesia juga terancam kehilangan karakteristiknya karena pengembangan koridor jalan yang tidak mempertimbangkan aspek sejarah dan budaya yang telah ada. Studi kasus pada proyek ini berlokasi di Jalan Sudirman, Kota Bogor. Kota Bogor memiliki intensitas curah hujan yang tergolong tinggi iii pada area tropis dan terkenal dengan julukan ‘kota hujan’. Jalan Sudirman juga memiliki aspek sejarah yang perlu dilestarikan. Rancangan pada proyek ini dihasilkan dari analisis komprehensif terkait dengan hidrologi tapak dan kesesuain infrastruktur yang dapat diaplikasikan. Terdapat sepuluh area yang akan dijelaskan lebih detail terkait dengan perbedaan penggunaan lahan disekitar koridor jalan. Pada perkiraan evaluasi dampak perancangan, penggunaan material yang lebih ramah lingkungan akan mengurangi koefisien run-off sebesar 12.5% pada koridor jalan. Penggunaan infrastruktur hijau berupa bio-swale pada jalur hijau jalan juga diperkirakan dapat mengurangi limpasan air hujan hingga 100% lebih. Strategi pengelolaan juga dibuat agar perancangan dapat diaplikasikan dengan cara yang dapat mendukung keberlanjutan tapak.