digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bisnis utama dalam jasa pelayanan kepelabuhanan sebagai operator terminal pelabuhan atau disebut juga BUP (Badan Usaha Pelabuhan) Pelindo III menciptakan layanan aplikasi mobile yang bernama Home Terminal System (HTS). Inovasi Pelindo III ini mempunyai manfaat bagi pengguna jasa untuk dapat memesan berbagai jasa kepelabuhan cukup melalui aplikasi smartphone yang bertujuan agar pengguna jasa mendapatkan efisiensi dari pengurangan biaya operasional dan dapat memantau posisi kapal dan petikemas secara real time. Aplikasi HTS diimplementasikan bertahap dan ujicoba pada tanggal 1 Februari 2018 yaitu Vessel Services di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) dan Terminal Teluk Lamong (TTL) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa implementasi HTS belum sesuai dengan tujuan penciptaan HTS yaitu meningkatkan produktifitas pelayanan kapal karena faktanya HTS belum meningkatkan produktifitas. Evaluasi terhadap hasil ujicoba tersebut menyimpulkan salah satunya adalah perencanaan pembuatan HTS antara Pelindo III dan pengguna jasa masih kurang intens melakukan komunikasi dan koordinasi terkait aplikasi ini. Pada saat ini, Kementrian BUMN meminta Perusahaan BUMN melakukan pengembangan teknologi informasi yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas perusahaan dalam rangka penciptaan nilai tambah, service excellent serta pelaksanaan operasional perusahaan yang efisien, efektif dan optimal. Pengembangan teknologi ini juga diperuntukkan untuk BUMN Pelabuhan yang terdiri dari Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III and Pelindo IV. Perusahaan BUMN dalam bidang kepelabuhanan akan diholding menjadi BUMN Maritim, sehingga sejalan dengan rencana holding BUMN Pelabuhan tersebut dan arahan kementrian BUMN serta hasil ujicoba HTS yang belum maksimal maka aplikasi HTS akan disempurnakan menjadi aplikasi yang disebut Integrated Billing System (IBS) yang mengintegrasikan pelayanan jasa di seluruh pelabuhan. Untuk itu pengalaman merancang HTS yang belum berhasil ini menjadi pembelajaran dalam perancangan IBS agar kelemahan-kelemahan saat perancangan HTS tidak berulang. Pada penelitian ini penulis menggunakan analisa berdasarkan prinsip-prinsip KM Asean Productivity Organization (APO) sebagai solusi terhadap kelemahan saat perancangan HTS. APO Framework menyediakan panduan berupa langkah-langkah untuk mengimplementasikan Knowledge Management yaitu Accelerator, Knowledge Process dan Outcome.