Indonesia memiliki potensi maritim yang besar. Namun pemanfaatannya untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat pesisir masih kurang. Pemberdayaan
masyarakat melalui peningkatan pembangunan di sektor pariwisata menjadi salah
satu solusi alternatif untuk mengurai masalah ini. Melalui multiplier effect-nya,
pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja.
Kondisi Indonesia yang memiliki tingkat paparan bencana alam yang sangat tinggi
membuat pengembangan destinasi wisata alam tidak dapat dipisahkan dari mitigasi
bencana. Untuk meminimalkan resiko yang timbul akibat terjadinya bencana,
dibutuhkan usaha-usaha untuk meningkatkan keamanan wisatawan maupun
masyarakat di destinasi.
Jorong Pasia Tiku, terletak di Kecamatan Tanjung Mutiara, merupakan salah satu
wilayah rentan bencana di Indonesia yang direncanakan untuk dikembangkan
menjadi daerah pariwisata. Rencana pengembangan kawasan pariwisata ini harus
dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat pesisir. Oleh karena itu, penataan
lingkungan bagi masyarakat nelayan di Jorong Pasia Tiku akan dikembangkan
menjadi sebuah desa wisata.
Proyek yang dibangun pada lahan seluas 117.000 m2 ini mewadahi 150 unit
homestay, balai desa, bangunan workshop, area produksi, dan restoran. Pendekatan
yang digunakan dalam perancangan berorientasi pada ketangguhan komunitas dan
keamanan manusia sebagai pelaku wisata. Strategi perancangan yang digunakan
adalah perancangan berbasis arsitektur yang tangguh (Resilient Design
Architecture). Dalam tesis ini, digunakan beberapa metode perancangan yang
digunakan untuk mengimplementasikan strategi perancangan Resilient Design
Architecture, seperti metode perancangan melalui (1) pendekatan perancangan, (2)
kajian konteks, dan (3) pendekatan fungsional.
Metode perancangan melalui pendekatan perancangan menggunakan teknik
merancang yang mengadopsi nilai-nilai Arsitektur Tradisional Pesisir
Minangkabau yang kemudian ditransformasikan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan teknologi perancangan berbasis mitigasi bencana
alam. Metode perancangan melalui pendekatan kontekstual menggunakan teknik
analisis dan diskusi mengenai tapak perancangan dan konteks lingkungan sekitar
tapak. Sedangkan metode perancangan melalui pendekatan fungsional
menggunakan teknik analisis terhadap pengguna dan kegiatan desa wisata.
Konsep utama perancangan dikaitkan dengan filsafat hidup Minangkabau sebagai
sebuah gagasan besar sebagai pedoman utuh untuk mencapai kehidupan yang
tangguh (resilient). Dalam mewujudkan sebuah desain arsitektur yang resilien,
maka terdapat tiga kategori utama yang harus dipertimbangkan, yaitu resiliensi
lingkungan (environment resilience), resiliensi desain bangunan (building design
resilience), dan resiliensi sosio-ekonomi (socio-economic resilience). Ketiga
pertimbangan ini dijadikan dasar dalam pendalaman konsep perancangan.
Hasil rancangan model desa wisata merupakan wujud dari strategi desain yang
resilien yang dapat meningkatkan nilai ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya
masyarakat pesisir, serta menjadi contoh bagi perwujudan rancangan arsitektur
yang tangguh di berbagai wilayah rentan bencana di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB