digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fitra Febrina
PUBLIC Open In Flipbook Sandy Nugraha

Indonesia memiliki potensi maritim yang besar. Namun pemanfaatannya untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat pesisir masih kurang. Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pembangunan di sektor pariwisata menjadi salah satu solusi alternatif untuk mengurai masalah ini. Melalui multiplier effect-nya, pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Kondisi Indonesia yang memiliki tingkat paparan bencana alam yang sangat tinggi membuat pengembangan destinasi wisata alam tidak dapat dipisahkan dari mitigasi bencana. Untuk meminimalkan resiko yang timbul akibat terjadinya bencana, dibutuhkan usaha-usaha untuk meningkatkan keamanan wisatawan maupun masyarakat di destinasi. Jorong Pasia Tiku, terletak di Kecamatan Tanjung Mutiara, merupakan salah satu wilayah rentan bencana di Indonesia yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi daerah pariwisata. Rencana pengembangan kawasan pariwisata ini harus dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat pesisir. Oleh karena itu, penataan lingkungan bagi masyarakat nelayan di Jorong Pasia Tiku akan dikembangkan menjadi sebuah desa wisata. Proyek yang dibangun pada lahan seluas 117.000 m2 ini mewadahi 150 unit homestay, balai desa, bangunan workshop, area produksi, dan restoran. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan berorientasi pada ketangguhan komunitas dan keamanan manusia sebagai pelaku wisata. Strategi perancangan yang digunakan adalah perancangan berbasis arsitektur yang tangguh (Resilient Design Architecture). Dalam tesis ini, digunakan beberapa metode perancangan yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi perancangan Resilient Design Architecture, seperti metode perancangan melalui (1) pendekatan perancangan, (2) kajian konteks, dan (3) pendekatan fungsional. Metode perancangan melalui pendekatan perancangan menggunakan teknik merancang yang mengadopsi nilai-nilai Arsitektur Tradisional Pesisir Minangkabau yang kemudian ditransformasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi perancangan berbasis mitigasi bencana alam. Metode perancangan melalui pendekatan kontekstual menggunakan teknik analisis dan diskusi mengenai tapak perancangan dan konteks lingkungan sekitar tapak. Sedangkan metode perancangan melalui pendekatan fungsional menggunakan teknik analisis terhadap pengguna dan kegiatan desa wisata. Konsep utama perancangan dikaitkan dengan filsafat hidup Minangkabau sebagai sebuah gagasan besar sebagai pedoman utuh untuk mencapai kehidupan yang tangguh (resilient). Dalam mewujudkan sebuah desain arsitektur yang resilien, maka terdapat tiga kategori utama yang harus dipertimbangkan, yaitu resiliensi lingkungan (environment resilience), resiliensi desain bangunan (building design resilience), dan resiliensi sosio-ekonomi (socio-economic resilience). Ketiga pertimbangan ini dijadikan dasar dalam pendalaman konsep perancangan. Hasil rancangan model desa wisata merupakan wujud dari strategi desain yang resilien yang dapat meningkatkan nilai ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya masyarakat pesisir, serta menjadi contoh bagi perwujudan rancangan arsitektur yang tangguh di berbagai wilayah rentan bencana di Indonesia.