digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kepulauan Nusa Tenggara merupakan bagian paling timur dari rangkaian pulau yang berada di sepanjang wilayah Busur Sunda yang dicirikan dengan tingkat seismisitas yang sangat aktif dan mempunyai tatanan geologi yang kompleks akibat pengaruh subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Sunda di bagian selatan dan juga didorong oleh busur belakang di bagian utara. Di bagian Nusa Tenggara Timur memili struktur yang lebih kompleks sebagai akibat proses kolisi. Pada penelitian ini, metode ambient noise tomography (ANT) digunakan untuk mendeliniasi struktur bawah permukaan antar pulau sepanjang Busur Sunda timur, terutama Kepulauan Bali-Nusa Tenggara dan sekitarnya. Interferometry ambient seismic noise digunakan untuk mendapatkan empirical Green’s function (EGF) dari gelombang Rayleigh. EGF diperoleh melalui korelasi-silang antara 30 stasiun BMKG yang berada di Bali-Nusa Tenggara dan sekitarnya dengan periode rekaman antara Januari hingga Desember 2016. Dari hasil interferometri tersebut, energi sumber seismik noise di Kepulauan Nusa Tenggara berasal dari azimut 500-1100 dan 2300-2900 yang berasosiasi dengan Laut Banda dan Samudra Hindia. Inversi kurva Vs terhadap kedalaman dengan menggunakan metode inversi stokastik PSO memberikan hasil yang sangat baik dengan ditandai oleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Dari hasil inversi dengan metode RR-PSO diperoleh ketebalan rata – rata kerak di Kepulauan Nusa Tenggara berkisar ~27-30 km dimana ketebalan kerak lebih tipis di utara dan menebal ke arah Pulau Timor. Hasil tomografi Pulau Timor mempunyai kerak yang lebih tebal di atas 30 km dan Pulau Sumba mempunyai tebal kerak ~23-25 km. Anomali tinggi di Pulau Timor pada kedalaman hingga ~7 km merupakan basement kerak yang terangkat sebagai akibat dari proses kolisi. Secara keseluruhan data rekaman jaringan seismik local BMKG dapat dimanfaatkan untuk penentuan struktur seismik di wilayah Indonesia