digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nur Tsurayya
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Pada tahun 2017, terdapat 631.635 pasien penderita HIV di Indonesia. Akan tetapi, mahalnya harga obat anti-HIV (antiretroviral therapy, ART) yang beredar di pasaran saat ini, menyebabkan hanya 14,4% dari total penderita HIV di Indonesia yang dapat menerima pengobatan. Di sisi lain, telah ditemukan strain HIV yang resisten terhadap beberapa ART dan prevalensi dari resistensi ini cenderung terus meningkat . Oleh karena itu, pencarian sumber obat anti-HIV baru yang efektif dan murah saat ini menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi senyawa yang dapat menjadi kandidat obat anti-HIV dengan menggunakan metode DBSS (Dimer-based Screening System) yang telah dikembangkan dan dioptimasi pada penelitian sebelumnya. Metode seleksi ini menggunakan fusi DNA-binding domain protein AraC dan protease HIV-1 sebagai regulator dan Green Fluorescent Protein (GFP) sebagai gen pelapor. Pengaplikasian DBSS terdiri dari 3 tahap yaitu konfirmasi plasmid DBSS (pRSET DBDAraC-Protease HIV-1) melalui amplifikasi dengan PCR dan sequencing, konfirmasi ekspresi protein menggunakan metode SDS-PAGE, serta pengujian dengan DBSS. Hasil pengujian ini kemudian dianalisis lebih lanjut dengan docking molekuler dan analisis interaksi kimia protein-ligan. Pengujian dengan metode DBSS dilakukan terhadap sembilan senyawa uji. Dalam pengujian ini, bakteri Escherichia coli strain BL21 (DE3) + pRSET DBDAraC-Protease HIV-1 yang diberi perlakuan menggunakan pelarut organik DMSO (Dimetil Sulfoksida) berperan sebagai baseline. Sebagai kontrol positif digunakan BL21 (DE3) + pRSET DBDAraC, yaitu protein rekombinan yang masih memiliki domain protein regulator, tapi tidak memiliki domain dimerisasi. Sebagai bahan pembanding, digunakan darunavir, yaitu senyawa aktif yang digunakan dalam pengobatan HIV. Pengujian senyawa dilakukan pada konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 ppm. Analisis PCR menunjukkan keberadaan pita DNA berukuran ~1057 bp yang merupakan hasil amplifikasi gen pengkode protein fusi. Analisis SDS PAGE ,menunjukkan pita berukuran ~24.2 kDa yang diduga merupakan monomer protein fusi tersebut. Dari pengujian DBSS terhadap 9 senyawa, terdapat 8 senyawa yang menunjukkan peningkatan nilai fluoresensi relatif terhadap kontrol negatif. Sebanyak 3 dari 8 senyawa tersebut yaitu senyawa CAAM, CAMA, dan CMMM menunjukkan fluoresensi yang selalu lebih tinggi dari kontrol negatif pada setiap konsentrasi (2, 4, 6, 8, 10 ppm). Sementara itu, 5 senyawa lainnya yaitu CAMM, CMAA, CMMA, CMAM, dan CMMA hanya menunjukkan hasil positif pada konsentrasi tertentu. Secara keseluruhan, peningkatan fluoresensi tertinggi diperoleh dari perlakuan menggunakan senyawa CAMA dengan konsentrasi 8 ppm yang memberikan nilai fluoresensi sebesar 2,5 kali lipat dibanding baseline. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa senyawa yang berpotensi untuk menjadi obat anti-HIV. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan konsentrasi efektif dari tiap senyawa tersebut.