Kota Bandung memiliki banyak bangunan tua bersejarah yang berfungsi sebagai penanda tempat atau kawasan. Munculnya elemen visual baru telah mengancam dan mengganggu fungsi bangunan lama sebagai penanda tersebut. Beberapa bangunan penanda tersebut telah hilang dan diganti dengan bangunan baru, tertutupi oleh bangunan baru atau penanda yang lebih baru, serta ada pula yang masih utuh berdiri namun disebelahnya terdapat penanda yang lebih baru. Kondisi seperti ini dialami oleh sejumlah bangunan tua penanda di Kota Bandung, termasuk diantaranya adalah bangunan Hotel Swarha.
Kondisi Hotel Swarha saat ini telah mengalami degradasi dan terabaikan. Salah satunya disebabkan karena tertutupnya fasade bangunan oleh bagian bangunan Masjid Raya Bandung yang juga sekaligus mengambil alih peran bangunan Hotel Swarha sebagai penanda kawasan. Keseluruhan hal tersebut tentunya mendistorsi kualitas ruang dan visual yang dulunya dimiliki oleh bangunan Hotel Swarha sebagai sebuah penanda. Oleh karena itu, kondisi seperti ini perlu untuk diangkat dan direspon karena dapat menjadi gambaran menarik tentang pelestarian, pemanfaatan, optimalisasi, dan pengembangan bangunan bersejarah yang sejatinya menandai kawasan kota lama Bandung.
Tesis ini mengangkat kasus Hotel Swarha dimana bangunan ini dulunya memiliki peran kuat sebagai penanda kawasan atau landmark yang kini sudah tidak lagi, untuk kemudian dimunculkan kembali potensi-potensinya melalui simulasi perancangan. Langkah yang dilakukan adalah melalui konservasi dan kemudian disempurnakan melalui langkah revitalisasi untuk menghasilkan bangunan Hotel Swarha yang mampu merespon kondisi dan kebutuhan kontemporer atau masa kini.