PT Yelooo Integra Datanet Tbk (“Perusahaan”/ “YELO”) merupakan salah satu perusahaan start-up dari 76 perusahaan yang ikut serta dalam program inkubator BEI yang sukses dalam melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada Oktober 2018. Adapun tujuan IPO adalah untuk membiayai pengembangan bisnis perusahaan serta mendukung pertumbuhan bisnis yang diharapkan di masa depan. Sebagaimana dilansir oleh CNBC Indonesia, selama proses pembuatan buku, Perusahaan mencatat oversubscribed 10,27 kali.
Dengan harga pasar saham YELO per tanggal 30 June 2019 sebesar IDR 212 per saham dimana berdasarkan metode FCFF, saham YELO undervalued dengan nilai intrinsik sebesar IDR 443 per saham sedangkan menurut pendekatan PER, saham YELO undervalued dengan nilai intrinsik sebesar IDR 390 per saham. PBV YELO per 30 Juni 2019 adalah sebesar 0.98% dengan nilai BVPS sebesar IDR 215 per saham. Harga pasar saham YELO kemungkinan akan terdepresiasi lebih jauh sampai dengan 18% dari harga pasar pada tanggal 30 Juni 2019 sebagai akibat menurunnya marjin operasional sebesar 6% dan marjin laba bersih sebesar 4% jika dibandingkan dengan 31 Desember 2018 walaupun pendapatan 6 bulan 2019 telah mencapai 79% jika dibandingkan dengan tahun 2018. Oleh karena itu, management perlu meningkatkan kinerjanya sehingga dapat meningkatkan kinerja dari harga saham. Untuk investor eksisting, penulis merekomendasikan untuk menahan investasi mereka sampai dengan harga saham YELO mencapai nilai intrinsiknya atau mencapai nilai lebih baik. Sedangkan untuk potential investor, penulis merekomendasikan untuk membeli saham degan kondisi PBV dibawah 1.
Dalam melakukan valuasi, metode FCFF memberikan nilai intrinsik lebih tinggi dari pada metode FCFF karena metode PER tidak mempertimbangkan kegiatan investasi kembali untuk mendukung tingkat pertumbuhan namun hanya bergantung pada jumlah pendapatan atau dari asset yang beroperasi saja. Dalam praktiknya, penulis merekomendasikan untuk menggunakan pendekatan FCFF dalam menilai perusahaan start-up atau perusahan pemula meskipun metode ini lebih membutuhkan waktu dibandingkan dengan pendekatan PER.
Perpustakaan Digital ITB