digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Dicky Muhamad Fadli
PUBLIC Alice Diniarti

Limpasan permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan tanah. Limpasan ini tergantung pada 2 hal, yaitu iklim dan tataguna lahan. Perubahan iklim mengakibatkan meningkatnya temperatur, merubah pola hujan, meningkatkan debit puncak dan meningkatkan permukaan air laut. Perubahan iklim menjadi isu yang sedang menjadi perhatian dunia saat ini. Selain perubahan iklim, yang mempengaruhi limpasan permukaan ialah karakteristik dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Perubahan fungsi lahan dari daerah terbuka menjadi daerah terbangun mengakibatkan berubahnya pola limpasan. Sehingga simulasi prediksi mengenai perubahan iklim dan perubahan tataguna lahan perlu dilakukan untuk melihat debit ketersedian. Pada penelitian ini skenario perubahan iklim menggunakan CMIP 5 (Coupled Model Intercomparison Project 5) sedangkan perubahan lahan digunakan RTRW Jawa Barat 2029 yang diasumsikan sebagai tataguna lahan yang akan terjadi dimasa yang akan dating dengan outlet berada di Majalaya. Metode statistical downscaling (SD) digunakan untuk mengestimasi nilai suatu variabel iklim dari model CMIP 5. Pada studi ini, CMIP dikoreksi dengan menggunakan data observasi. Sedangkan distribusi hujan menggunakan distribusi gamma dengan nilai acak. Data tersebut menjadi input dalam model SWAT (Soil and Water Assessment Tool) yang digunakan untuk prediksi limpasan. Hasil dari model SWAT digunakan untuk analisis debit ketersediaan dengan skenario bulan kering, normal, basah terhadap perubahan iklim dan perubahan tataguna lahan yang akan terjadi. Penggunaan data CMIP 5 sebagai input SWAT untuk prediksi debit di DAS Majalaya menunjukan hasil yang baik dengan nilai NSE 0,64. Skenario perubahan iklim berpengaruh terhadap ketersediaan air, ini ditunjukan dengan peningkatan nilai seperti curah hujan dan temperatur yang mengakibatkan turunnya Q95 berkisar antara 3-46% terhadap debit baseline. Sementara perubahan tataguna lahan yang terjadi menyebabkan turunnya curve number sebesar 2,43%. Ini berdampak pada kenaikan Q95 sebesar 4-7% dari skenario perubahan iklim. Adapun skenario berdasarkan bulan kering, normal dan basah menghasilkan hasil yang beragam. Pada bulan kering terjadi penurunan ketersediaan air disemua skenario iklim sebesar 0.06-0,08 m3/dtk. Pada bulan normal terjadi penurunan ketersediaan air disemua skenario iklim sebesar 0.13-0,16 m3/dtk dan pada bulan basah terjadi penurunan ketersediaan air disemua skenario iklim sebesar 1.3-1.7 m3/dtk