digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Listrik menjadi salah satu kategori proyek prioritas di Indonesia dengan tujuan untuk menghadirkan kesetaraan listrik di seluruh Indonesia. Namun, sumber energi tak terbarukan masih menjadi sumber paling dominan untuk produksi listrik di Indonesia. Sementara itu, pemerintah memiliki target untuk meningkatkan energi terbarukan sebagai sumber pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga mini hidro merupakan salah satu pembangkit listrik dengan sumber terbarukan yang didorong untuk berkembang di Indonesia. PT Cahaya Kancana Nusantara memiliki rencana untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga mini hidro dengan kapasitas 4,7 MW untuk mendistribusikan listrik di daerah Cikancana, Cianjur. Proyek pembangkit listrik tenaga mini hidro membutuhkan pendanaan yang tinggi dari sumber eksternal. Secara umum, perusahaan akan menggunakan pinjaman bank lokal sebagai sumber pendanaan eksternal. Dalam penelitian ini, kondisi keuangan proyek akan dibandingkan antara menggunakan pinjaman bank lokal dan menggunakan pinjaman bank asing. Analisis akan dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial dari pembangkit listrik ini dan untuk menemukan faktor-faktor paling sensitif. Kondisi eksternal dan internal akan mempengaruhi aliran kas proyek dan mempengaruhi kelayakan finansial dari proyek yang akan diuji dengan menggunakan indikator IRR, NPV, dan PBP. Hasil penelitian menunjukan bahwa proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga mini hidro di Cikancana layak secara finansial untuk dibangun pada tahun 2019 dengan menggunakan skema pembiayaan 30% ekuitas dan 70% hutang. Proyek memberikan hasil yang menguntungkan dengan 13,48% ROI dan 46.60% ROE. Proyek memberikan hasil berupa nilai NPV sebear Rp 490.877.949.688 dengan nilai IRR sebesar 14,28% dimana memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding nilai WACC. Faktor-faktor yang paling sensitif dan mempengaruhi proyek pembangkit listrik tenaga mini hidro adalah faktor kapasitas, tingkat bunga utang jangka panjang, dan tarif listrik. Bank lokal memberikan pinjaman dengan tingkat bunga 11%, sedangkan bank asing memberikan pinjaman dengan tingkat bunga 9,34%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan menggunakan pinjaman bank asing, proyek menjadi lebih menguntungkan dan memberikan pengembalian yang lebih tinggi kepada pemegang saham ekuitas. Kemampuan perusahaan di dalam membayar hutangnya juga menjadi lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pinjaman bank lokal. Kinerja yang lebih baik ini akan membuat proyek menjadi lebih menarik bagi investor dan lebih menguntungkan bagi perusahaan dan pemegang saham.