digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Helen Febrina Butarbutar
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB1 Helen Febrina Butarbutar
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB2 Helen Febrina Butarbutar
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB3 Helen Febrina Butarbutar
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB4 Helen Febrina Butarbutar
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB5 Helen Febrina Butarbutar
Terbatas  Latifa Noor
» Gedung UPT Perpustakaan


-Karoten merupakan senyawa karotenoid yang menjadi sumber utama pro-Vitamin A. ­ Karoten memiliki pigrnen warna dominan rnerah-jingga yang secara alami ditemukan pada tanaman dan buah-buahan sehingga banyak digunakan sebagai zat wama pada makanan. ­ Karoten merupakan senyawa hidrofobik sehingga berpotensi untuk dikomplekskan dengan pati, kompleks yang terbentuk d1sebut sebagai kompleks inklusi . Pada penelitian ini, patJ diisolasi dari singkong dengan rendemen sebesar 30% dan kadar amilosa yang dikandtmg sebesar 18,2%. Pati singkong tersebut dicampurkan dengan -karoten pada suhu 85 oc dengan waktu pengompleksan 0, 2, 4, 6 jam dengan penambahan pemanasan di dalam oven (18 jan1) serta 6 jam tanpa pemanasan tambahan . Hasil paling optimum diperoleh untuk metode pengompleksan dengan waktu 6 jam dengan penambahan pemanasan d.i dalam oven selama 18 jam. Pada peneitian ini, juga dilakukan variasi massa -karoten, yakni 10%, 300/o dan 50% (b/ b berdasarkan berat pati) Setiap kompleks yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan FTIR (Fourier-Transform Infrared Spectroscopy), XRD (X-Ray Powder Diffraction), SEM (Scanning Electron Microscope), TGA (l71ermograrimetric Analysis Differential Scanning Ca forimet! y), dan PSA (Particle Size Analyzer). Pada hasil karaherisasi FTIR, serapan dari molekul tamu tidak muncul pada spektrum kompleks yang dihasilkan . Hal ini mengindikasikan bahwa -karoten telah tercnkapulasi di dalam amilosa yang tcrkandung di dalam pati . Hasil XRD untuk kompleks variasi waktu menunjukkan terbentuknya puncak 28 pada kompleks l 0% sebesar 18,2 °, kompleks 30% sebesar 18,8 o dan kompleks 50% sebesar 18,7 °. Karakterisasi SEM menunjukkan bahwa kompleks memiliki bentuk morfologi yang berbeda dari pati maupun 1)-karoten. Perbedaan ini mungkin terjadi sebagai akibat dari proses pemanasan dan penggunaan rnolekul tamu dengan jumlah yang berbeda. Hasil TGA rnenunjukkan bahwa kompleks 10% mulai terdegradasi pada suhu 250-356 oc, scdangkan kompleks I 0% mulai terdegradasi pada suhu 256-372 oe, dan kompleks 50% mulai terdegradast pada suhu 262-389 °C. Hasil PSA menunjukkan ukuran partikel kompleks lebih kecil dari I 000 nm sehingga termsauk dalam kategori koloid Kompleks I 0% berukuran sebesar 44,5 nm, kompleks 30% sebesar 667 nm dan kompleks 50% sebesar 747 nm. Uji degradasi kompleks pati- -karoten menggunakan a-amilase menunjukkan aktivitas a­ amilase yang lebih kecil diband.ingkan aktivitas a-amilase pada susbstrat pati rnw•ni. Hal terse but mengindikasikan bahwa struktur kompleks memperlambat degradasi pati . Hal ini juga didukung dengan basil uji kinetika enzim yang menw1jukkan bahwa laju kinetika enzirn kompleks pati-1)-karoten lebih lambat dibandingkan pati .