digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 7 Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Dini Faza Illiyin
PUBLIC Alice Diniarti

Kawasan cagar budaya dapat menjadi sensitif terhadap kejadian cuaca buruk dan perubahan iklim di suatu kota. Pengendalian iklim mikro pada luar ruang adalah isu penting pada perumusan kebijakan terkait preservasi cagar budaya pada sebuah kota. Saat ini Surabaya mengalami fenomena urban heat island karena peningkatan suhu permukaan dari tahun 1994. Rajawali merupakan salah satu kawasan cagar budaya di Surabaya yang memiliki nilai sejarah. Oleh karena itu, sebuah desain yang dapat menjaga dan sensitif terhadap kondisi iklim mikro adalah isu penting dalam perancangan Kawasan Rajawali. Tujuan dari studi ini adalah membuat simulasi rancangan berbasis climate-sensitive urban design di Kawasan Rajawali sebagai kawasan cagar budaya di Kota Surabaya. Metode desain yang digunakan dalam studi ini adalah regresi dan simulasi menggunakan program ENVI-met. Metode analisis regresi digunakan untuk menganalisis persoalan termal di Kawasan Rajawali, dimana data yang digunakan bersumber dari hasil simulasi eksiting dan kondisi eksisting pada kawasan. Sementara itu, simulasi yang dilakukan pada studi ini terdiri dari dua tahap, yakni simulasi eksisting dan simulasi rancangan. Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan pembayangan pada Kawasan Rajawali merupakan hal penting untuk dapat menciptakan kawasan yang lebih nyaman secara termal. Oleh karena itu, strategi desain berupa penambahan ketinggian bangunan dan vegetasi menjadi sangat efektif untuk memberikan pembayangan pada kawasan. Akan tetapi, pengaturan ketinggian bangunan, ruang terbuka dan vegetasi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam perancangan kawasan cagar budaya, sebab aspek tersebut perancangannya akan terbatas pada kawasan cagar budaya terutama di bangunan atau kaveling yang bersebelahan langsung dengan bangunan cagar budaya. Oleh karena itu, climate-sensitive urban design lebih banyak diterapkan pada bangunan atau kaveling yang tidak bersebelahan dengan bangunan cagar budaya.