digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami penurunan karena melambatnya ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkat dengan meningkatkan jumlah ekspor komoditas, konsumsi rumah tangga, dan perubahan struktural. Perubahan struktural dapat berbentuk pengembangan industri manufaktur yang berorientasi ekspor, pengembangan infrastruktur besar-besaran, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur sebesar Rp4.197 triliun untuk periode 2015-2019. Anggaran pemerintah dialokasikan untuk 46.812 km jalan dan jembatan sepanjang 495.698 meter untuk kegiatan pemeliharaan dan rekonstruksi. Pemerintah menargetkan pembangunan jalan tol hingga 1000 km pada akhir 2019. Pemerintah menyadari pembangunan jalan tol yang kurang dibandingkan dengan negara lain. Proyek yang tersedia dari BPJT untuk dilakukan studi adalah jalan tol Bogor-Serpong. Jalan tol Bogor-Serpong memiliki panjang 36,3 km. Jalan tol diproyeksikan akan beroperasi pada tahun 2023. Pendapatan dari jalan tol adalah dari tarif per Km dan iklan. Jumlah investasi untuk membangun jalan tol adalah Rp8.080.608 juta. Jalan tol akan ditenderkan selama 40 tahun sebagai waktu konsesi, setelah 40 tahun jalan tol akan menjadi milik pemerintah. Kelayakan finansial jalan tol Bogor-Serpong menentukan apakah proyek ini layak atau tidak dari perspektif finansial. Teknik penganggaran modal digunakan untuk menentukan periode pengembalian proyek, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Waktu pengembalian jalan tol Bogor-Serpong adalah 12 tahun 9 bulan dan 29 hari. Waktu pengembalian modal merupakan indikasi bahwa proyek tersebut layak. NPV jalan tol Bogor-Serpong adalah Rp15.903.931 juta. Nilai NPV positif menunjukkan proyek itu mungkin. IRR jalan tol Bogor-Serpong adalah 16%. Nilai IRR lebih dari WACC yaitu 11,61% yang dapat dikategorikan layak. Variabel sensitif untuk proyek ini adalah suku bunga hutang jangka panjang, tingkat inflasi, dan volume lalu lintas. Variabel sensitif untuk proyek ini adalah suku bunga hutang jangka panjang, tingkat inflasi, dan volume lalu lintas. Sektor swasta harus mewaspadai variabel-variabel sensitif untuk meminimalkan risiko.