digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Vika Haristianti
PUBLIC Alice Diniarti

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi transformasi spasial pada hunian yang terletak di permukiman dengan kesan sebagai daerah eks-backpackers enclave, yaitu Jalan Jaksa, Jakarta Pusat. Transformasi spasial di dalam tesis ini terutama diambil dari teori N.J Habraken dalam bukunya The Structure of The Ordinary. Fungsi ruang, fasad bangunan serta koridor pada hunian merupakan objek dari penelitian. Adanya kebutuhan dari pengunjung (demand) dengan karakteristik, aktivitas serta ideologi yang berbeda kemudian diterjemahkan menjadi sebuah fasilitas pemenuhan kebutuhan oleh pihak pemilik, pengelola serta penentu kebijakan (supply). Adapun pihak pemilik, pengelola dan penentu kebijakan yang kebanyakan merupakan warga lokal, masing-masing memiliki posisi, familiaritas, serta berbagai jenis perbedaan kebijakan dan kontrol yang pada akhirnya dapat menentukan sejauh mana peran individu berpengaruh terhadap berlangsungnya transformasi pada sebuah hunian. Transformasi spasial dilihat berdasarkan penggunaan ruang yang sifatnya temporal maupun permanen di hunian dan koridor kawasan pada saat keseharian diwaktu siang dan malam hari. Selain itu ditambahkan penjelasan secara deskriptif pada saat adanya kegiatan khusus di beberapa waktu sebagai informasi penunjang. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed method) yaitu penelitian yang menggabungkan metode kualitatif dan juga kuantitatif. Pengumpulan data sendiri dilakukan dengan dua tahap. Pertama saat melakukan pengumpulan data sekunder melalui studi literatur terkait pencarian penelitian sejenis dan pengumpulan teori sebagai dasar penelitian. Kedua saat melaksanakan pengumpulan data primer berupa observasi lapangan, wawancara dan juga pengisian kuesioner di lokasi studi kasus. Observasi lapangan dilakukan peneliti dengan cara menempatkan dirinya sebagai non-participant. Sedangkan data wawancara diambil dengan cara melakukan wawancara yang sifat pertanyaannya terbuka pada narasumber yang dipilih secara snowball dimulai dari individu yang dianggap memiliki peran besar (purposive). Untuk pengambilan kuesioner dilakukan dengan metode non-random/ probability sampel dengan tipe accidental kepada setiap individu yang memenuhi syarat sebagai pengunjung dan berada di lokasi penelitian. ii Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa pihak pemilik usaha memiliki peran yang besar dalam berjalannya transformasi spasial secara permanen. Keputusan pemilik usaha menjadi hal terpenting yang paling berpengaruh terhadap berlangsungnya proses transformasi hunian. Disisi yang lain, ada pula pihak pengelola usaha yang memiliki peran vital dalam proses transformasi spasial secara temporal khususnya dalam kegiatan operasional sehari-hari. Adapun peran penentu kebijakan dalam keberlangsungan transformasi berperan sebagai perimeter yang harus membantu dan juga menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai aturan. Sedangkan pengunjung perannya sangat berhubungan dengan tingkat kepuasan yang mereka miliki. Semakin tinggi tingkat kepuasan yang mereka rasakan, maka kemungkinan datang kembali semakin tinggi dan akan mengakibatkan naiknya keuntungan pemilik usaha, serta memungkinkan pengembangan usaha terjadi yang menyebabkan transformasi hunian juga terjadi. Sebaliknya jika tingkat kepuasan rendah, akan membuat pengunjung urung datang kembali sehingga dapat menyebabkan penurunan pendapatan yang kemudian akan berimbas pada terhentinya proses transformasi. Selain itu untuk transformasi spasial pada hunian dibagi kedalam dua daerah yaitu perubahan unit hunian di Area 1 (area jalan utama) dan Area 2 (area jalan sekunder). Area 1 dengan 26 sampel hunian menghasilkan kesimpulan bahwa mayoritas sampel didaerah ini berubah menjadi berbagai macam jenis usaha. Hunian di area 1 terbilang sangat beragam perubahannya terutama dalam hal tingkat adaptif nya. Banyak hunian berubah secara signifikan menjadi gedung bertingkat, serta banyak pula hunian yang menambahkan massa bangunan baru dibagian hunian lama. Kedua hal tersebut akhirnya menimbulkan rusaknya keteraturan yang ada dan tidak sesuai dengan PERGUB Tahun 2011. Sedangkan pada Area 2 mayoritas (lebih dari 50% dari 21 sampel) hunian yang berubah memiliki nilai adaptif yang rendah. Hal ini disinyalir karena aksesibilitas pada area 2 tidak sebaik area 1 sehingga tidak memungkinkan untuk berbagai usaha dapat berkembang. Area 2 berfokus pada perubahan hunian menjadi penginapan vertikal dengan tipologi sama antara satu dan lainnya namun tetap menimbulkan anomali pada keteraturan kawasan. Sedangkan pada area trotoar transformasi yang terjadi hanya secara temporal yang perubahannya secara signifikan dapat dilihat saat siang dan malam hari. Adanya kegiatan di trotoar menjadikan ruang pada area tersebut membentuk struktur teritori yang berubah stratanya. Kondisi di atas menunjukkan bahwa adanya pengaruh demand pengunjung menimbulkan pemenuhan supply oleh warga lokal selaku pemilik dan pengelola usaha. Sehingga permukiman Jalan Jaksa, Jakarta Pusat berubah menjadi daerah komersial yang dapat direfleksikan dari transformasi spasial pada hunian warganya.